Kamis 05 Jan 2023 13:50 WIB

Benarkah BPJS Kesehatan adalah Asuransinya Orang Miskin?

Birokrasi BPJS kini tidak seribet dulu yang harus antre sejak subuh.

Indra Bekti dan istrinya Aldilla Jelita
Foto: Antara
Indra Bekti dan istrinya Aldilla Jelita

Oleh : Friska Yolandha, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Baru-baru ini, pembawa acara Indra Bekti dilarikan ke rumah sakit setelah ditemukan pingsan di toilet. Bekti diketahui mengalami pecah pembuluh darah dan harus menjalani rangkaian operasi.

Aldila Jelita, istri Bekti, mengungkapkan akan melakukan penggalangan dana untuk menutupi biaya rumah sakit presenter tersebut. Pasalnya, empat hari dirawat, biaya pengobatan Bekti sudah membengkak. Ia pun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan, yang artinya akan lebih banyak lagi dana keluar.

Beragam reaksi netizen terkait pernyataan Aldila. Ada yang ingin menyumbang, ada pula yang mengkritiknya.

Netizen bertanya-tanya, apakah Bekti tidak memiliki asuransi kesehatan sampai-sampai harus menggalang dana. Atau minimal jadi peserta BPJS Kesehatan.

Adik Bekti, Cipta, mengatakan, kalau asuransi Bekti tidak dapat dipakai untuk membayar biaya pengobatan dan operasi. Ia pun tidak mengetahui terkait produk dan premi asuransi yang dimiliki Bekti. Selain itu, belum ada penjelasan keluarga terkait kepesertaan BPJS.

Asuransi memang belum menjadi produk yang umum dimiliki masyarakat Indonesia seperti tabungan. Kepedulian masyarakat Indonesia akan asuransi kesehatan masih sangat rendah. Menurut Survei Literasi Finansial dan Inklusi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019, penetrasi atau perbandingan polis asuransi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia baru mencapai 3,18 persen.

Rendahnya penetrasi asuransi ini disebabkan oleh masih rendahnya literasi atau pengetahuan masyarakat soal asuransi. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, indeks literasi asuransi hanya sebesar 19,4 persen berdasarkan data OJK.

Banyak orang yang masih beranggapan bahwa asuransi merugikan. Padahal, asuransi sangat penting kita miliki, terutama untuk melindungi diri dari risiko, seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan kematian.

Seringnya, orang enggan mendaftar asuransi karena salah memilih produk asuransi yang cocok dengan kebutuhan. Selain itu, masih banyak yang memikirkan 'keuntungan' yang diperoleh saat terdaftar asuransi.

Banyak pula yang masih beranggapan asuransi sama dengan investasi. Padahal, keduanya adalah produk yang berbeda. Asuransi untuk perlindungan, sementara investasi adalah pengelolaan aset untuk mendapatkan keuntungan.

Pemerintah pun sudah mengembangkan asuransi yang mudah dan murah bagi masyarakat, yaitu BPJS Kesehatan. Namun, lagi-lagi banyak yang pesimistis karena ribetnya birokrasi untuk mendapatkan perawatan dengan BPJS Kesehatan. Banyak pula yang menganggap BPJS Kesehatan adalah asuransi untuk orang miskin.

Ya, tidak salah juga sih, tapi tidak sepenuhnya benar. BPJS Kesehatan menggunakan skema subsidi silang untuk saling bantu pesertanya dalam biaya perawatan. Jadi, peserta yang bayar setiap bulan akan membantu peserta yang tidak mampu bayar iuran. Tapi, keduanya tetap sama-sama dapat fasilitas yang sesuai standar.

Sekira empat tahun lalu, suami saya harus masuk ruang operasi karena ablasio retina. Dua kali operasi dijalani menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. Kalau biaya sendiri, mungkin sudah habis seratusan juta rupiah.

Baru-baru ini, anak kami juga harus dirawat di rumah sakit karena demam berdarah dengue (DBD). Dengan BPJS, semua fasilitas dan biaya pengobatan gratis.

Pada periode yang sama, anak tetangga menjalani perawatan juga karena DBD. Dia mengaku habis puluhan juta untuk semua pengobatan dan rawat inap di rumah sakit yang sama.

Kuncinya, sabar dan pahami alur birokrasinya. Birokrasi BPJS kini tidak seribet dulu yang harus antre sejak subuh untuk mendapatkan nomor. Antrean pasien BPJS pun tidak mengular panjang sampai parkiran karena prosedur penanganan berjenjang, dari fasilitas kesehatan tingkat satu hingga rumah sakit kelas A.

Jadi, tak perlulah malu menjadi pasien BPJS. Malu itu kalau jadi 'BPJS', pakai tanda kutip: Budget Pas-pasan, Jiwa Sosialita.

Untuk Bekti, mari kita doakan semoga lekas pulih dan sehat seperti sediakala. Bagi yang ingin ikut urunan, silakan. Bagi yang enggan, jangan julid!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement