Jumat 06 Jan 2023 15:38 WIB

Harga Mobil Listrik tak Terjangkau, CEO Stellantis Ingatkan Potensi Pabrik Tutup

Stellantis menghentikan operasi pabrik perakitan mereka karena biaya produksi tinggi.

Red: Friska Yolandha
Truk pickup bertenaga baterai listrik Ram 1500 Revolution ditampilkan di atas panggung selama keynote Stellantis di acara teknologi CES Kamis, 5 Januari 2023, di Las Vegas.
Foto: AP Photo/John Locher
Truk pickup bertenaga baterai listrik Ram 1500 Revolution ditampilkan di atas panggung selama keynote Stellantis di acara teknologi CES Kamis, 5 Januari 2023, di Las Vegas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Executive Officer Stellantis Carlos Tavares mengingatkan bahwa banyak pabrik mobil berpotensi tutup apabila pasar otomotif mengalami penyusutan akibat harga mobil listrik (EV) yang tinggi. Komentar tersebut muncul karena kurangnya keterjangkauan kendaraan listrik yang membayangi pasar Amerika Serikat (AS) di saat produsen kendaraan listrik ternama menaikkan harga di tengah inflasi tinggi.

"Produsen mobil akan berisiko kehilangan kekuatan harga saat pemulihan pasokan chip," kata Tavares pada pameran CES di Las Vegas, dikutip dari Reuters, Jumat (6/1/2023).

Baca Juga

Sebuah survei oleh perusahaan konsultan Deloitte menunjukkan bahwa lebih banyak konsumen di Amerika Serikat ingin membeli kendaraan listrik tapi terkendala dengan kekhawatiran kenaikan harga.

"Hampir 7 dari 10 calon pembeli EV di Amerika Serikat berharap membeli kendaraan kurang dari 50 ribu dolar (sekitar Rp 781 juta)," kata survei yang dilakukan antara September dan Oktober 2022 itu.

Bulan lalu, Stellantis memutuskan untuk menghentikan operasi pabrik perakitan mereka di Belvidere, Illinois, sampai waktu yang belum ditentukan, karena alasan biaya produksi yang tinggi.

"Tindakan serupa akan terjadi di mana-mana selama kita melihat tingginya inflasi biaya variabel. Industri otomotif harus menyerap biaya 40 persen lebih tinggi untuk kendaraan listrik," ujar Tavares.

Ia menambahkan, perusahaan telah menandai bahwa peningkatan biaya terkait elektrifikasi pasar otomotif sebagai tantangan paling berdampak yang mempengaruhi industri otomotif.

"Jika pasar menyusut, kami tidak membutuhkan banyak pabrik. Beberapa keputusan yang tidak biasa harus dibuat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement