REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pertemuan internasional akan membahas pengaturan sistem global pemantauan air limbah untuk Covid-19 diadakan pada pekan ini. Kegiatan itu diadakan setelah beberapa negara mengumumkan akan memulai tes pada penerbangan yang datang dari China.
Negara-negara termasuk Amerika Serikat dan Australia telah bergerak untuk menyiapkan pengujian air limbah di penerbangan dan di bandara. Uni Eropa (UE) juga merekomendasikan tindakan serupa dan telah menyusun pedoman untuk negara anggota.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa pengujian semacam itu efektif untuk melacak Covid-19 selama pandemi. Cara ini akan lebih ampuh terutama bila dikombinasikan dengan teknik pengurutan genom untuk mengidentifikasi varian yang muncul.
Seorang ahli mengatakan, langkah itu berguna ketika negara tidak mau atau kekurangan kapasitas untuk memberikan informasi tentang varian yang beredar yang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di wilayah mereka. "Ini menyalakan lilin dalam kegelapan," kata Bernd Gawlik yang ikut menulis pedoman UE sebagai pemimpin kualitas air di Komisi Eropa.
Pembicaraan tersebut merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas untuk menjaga momentum pengambilan sampel air limbah dan menyatukan upaya nasional ke dalam gambaran global yang lebih kohesif.cIni juga menjadi lebih penting karena pengujian rutin terhadap manusia telah berkurang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pengujian untuk Covid-19 telah menurun hingga 90 persen dalam beberapa bulan terakhir.
Ada harapan bahwa membangun jaringan pengawasan air limbah yang lebih formal di seluruh dunia dapat memberikan informasi tidak hanya tentang Covid-19, tetapi juga tentang ancaman penyakit lain yang muncul. Namun, Gawlik menyatakan, ada tantangan teknis dan logistik ke depan, termasuk bagaimana menangani sampel dan bagaimana menafsirkan dan menggunakan informasi yang dikumpulkan.