REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Keberadaan pemimpin menurut Islam sangat vital. Kendati demikian, tak mudah menjadi pemimpin.
Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Quran dan Dewan Penasihat Pondok Pesantren Dar Al Tauhid di Arjawinangun, Cirebon, Dr KH Ahsin Sakho Muhammad, menjelaskan tak mudah menjadi seorang pemimpin. “Tentu berat sekali,” dikutip dari dokumentasi Harian Republika, Jumat (13/1/2022).
Dia mengutip kisah Abu Dzar pernah meminta kepada Rasulullah SAW untuk dijadikan pemimpin. Rasulullah SAW menegaskan bahwa sesungguhnya kepemimpinan itu adalah amanah. Sesungguhnya itu dipertanggungjawabkan di hari kiamat.
“Itu adalah beban yang sangat berat. Di hari kiamat, beban kepemimpinan bisa menyebabkan seseorang merasa rugi,” kata Kiai Ahsin yang juga mantan rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta ini.
Kiai Ahsin menjelaskan, inilah tantangan bagi seorang pemimpin, bagaimana menciptakan suatu keadilan di masyarakatnya dalam seluruh aspek dan unsur kehidupan. Semua itu ditanggung oleh pemimpin, baik urusan dunia sampai urusan akhirat.
Dia mengutip keterangan dalam Kitab Hilyatul Auliya’ disebutkan, ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah ia pernah mengatakan, “Sekiranya ada seekor kambing di Irak yang masuk terperosok ke dalam Sungai Furad dan hal itu disebabkan karena fasilitas umum yang tidak baik, maka akulah yang bertanggung jawab soal itu.”
“Bayangkan saja, Umar bin Khattab yang berada di Madinah mempunyai tanggung jawab sampai ke Irak. Begitu luas dan beratnya beban yang diemban seorang pemimpin,” tutur dia.
Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni
Lebih lanjut, dia menjelaskan terkait dengan ciri-ciri pemimpin zalim. Pemimpin zalim adalah yang mengeluarkan instruksi bersifat mencederai umatnya. Zalim kebalikan dari kebenaran.
Dia mengatakan, seandainya pemimpin memerintahkan kepada bawahannya melakukan tindakan-tindakan tidak sesuai dengan aturan yang mereka buat sendiri, itu namanya kezaliman.
Dia menyebutkan, sekarang, andaikan pemerintah tidak becus mengurus saluran air sehingga ada anak kecil terperosok di situ, kemudian maraknya kecelakaan lalu lintas karena jalan yang rusak, itu semua harus dipertanggungjawabkan oleh pemerintah.
Dia mengingatkan, Pemerintah harus mengemban tanggung jawab dalam kesejahteraan masyarakatnya. Semua itu dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT terlebih dahulu, kemudian tanggung jawab kepada umatnya.