REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 telah menjadi instrumen yang sangat strategis dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi. Dia mengatakan, pada tahun lalu dunia dihadapkan pada kondisi volatil.
"Sepanjang 2022, harga komoditas melonjak tinggi naik turun. Harga gas alam naik 155 persen namun kemudian turun lagi menjadi hanya 18 persen kenaikannya," ujar Sri Mulyani dalam keterangan pers virtual, Senin (16/1/2023).
Ia melanjutkan, harga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) pun pernah naik hingga 54 persen menjadi 1.926 dolar AS per metrik ton. Lalu merosot sampai di minus 27 persen.
Harga batu bara ikut melonjak sangat tinggi sebesar 191 persen pada tahun lalu. Begitu pula dengan harga minyak bumi mentah yang naik 71 persen lalu turun kembali.
Sri Mulyani mengatakan, volatilitas menjadi salah satu hal yang mengancam pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun lalu. Kenaikan berbagai harga dan volatilitas tersebut menyebabkan inflasi tinggi di berbagai negara, sehingga membuat penurunan daya beli masyarakat.
Hal itu kemudian direspons dengan peningkatan suku bunga acuan di semua negara. Beberapa negara yang menaikkan suku bunga acuan sangat tajam yakni Meksiko sebesar 500 basis poin (bps). Kemudian, Brasil dan Amerika Serikat masing-masing sebesar 450 bps dan Inggris 300 bps.
"Kondisi ini semuanya berpotensi menciptakan pelemahan ekonomi. Hanya saja, APBN selama 2022 menjadi faktor menstabilkan dan menjaga masyarakat serta ekonomi dari berbagai guncangan tadi," jelasnya.