REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Libur panjang sekolah memang sudah usai. Tapi kebanyakan dari anak sekolah justru masih ingin menikmati libur lebih lama.
Contohnya Novita, siswi SMK di Jakarta Timur, yang masih ingin menikmati liburan. Dan belum siap kembali menjalani rutinitas sekolah yang menurutnya melelahkan. “Kalo masuk sekolah itu harus bangun pagi banget dan pulang sore banget. Berangkat jam lima, pulang jam lima lagi. Capek banget,” kata Novita.
Tapi ada yang justru menyambut bahagia usainya libur sekolah. Mereka adalah orang-orang yang mencari rezeki lewat rutinitas anak sekolah. Pasalnya libur membuat penghasilan mereka menurun.
Lihat saja supir angkutan umum yang turut mendapatkan penghasilan dari pelajar yang menggunakan jasanya. Pagi hari saat berangkat dan sore hari saat pulang dari sekolah. Jika libur panjang tiba pendapatan mereka jauh berkurang dibanding hari biasa. “Ya kalau biasanya dapat 100 ribu, kalau libur gini cuma bisa dapat 20 ribu,” kata Arifin yang sudah hampir 20 tahun menjadi supir angkutan T13 jurusan Cibubur-Pasar Rebo.
Tak jauh beda dengan Hartono. Tukang ojek yang biasa menunggu penumpang di depan mall Cijantung ini turut menjadi korban libur sekolah. Ia mengaku pendapatannya berkurang lebih dari 50 persen dari hari biasa. “Apalagi saya mangkalnya disini yang banyak sekolah. Biasanya kalau pagi banyak anak sekolah yang ngojek. Kalau sekolah libur ya berkurang banyak,” kata Hartono.
Sama halnya yang di alami Ibu Tini yang biasa berjualan di kantin di salah saru SMA di Jakarta Timur. Kalau Arifin dan Hartono penghasilannya berkurang, Tini justru tidak mendapatkan penghasilan sama sekali saat liburan. Ia tidak bisa berjualan dan mengumpulkan uang untuk anaknya yang masih kecil-kecil.
Penulis: Qabila Dzulhasri Z/Klub Jurnalistik I