Selasa 24 Jan 2023 02:55 WIB

PM Jepang Inginkan Sistem Baru yang Lepas dari Masa Lalu

Jepang mengadopsi strategi terbaru di bidang keamanan nasional.

Red: Friska Yolandha
Japanese Prime Minister Fumio Kishida attends the opening of a Diet session at the Upper House of the Parliament on Monday, Jan. 23, 2023, in Tokyo. Kishida said Monday that Japan faces the severest security environment in the region since the end of World War II and pledged to push a military buildup under a newly adopted security strategy over the next five years and beyond as well as tackle rapidly declining births so the country can sustain national strength.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Japanese Prime Minister Fumio Kishida attends the opening of a Diet session at the Upper House of the Parliament on Monday, Jan. 23, 2023, in Tokyo. Kishida said Monday that Japan faces the severest security environment in the region since the end of World War II and pledged to push a military buildup under a newly adopted security strategy over the next five years and beyond as well as tackle rapidly declining births so the country can sustain national strength.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pada Senin bahwa negara itu "harus melepaskan diri dari praktik-praktik mapan masa lalu". Pernyataan Kishida muncul di tengah upaya Jepang untuk memperkuat sistem pertahanannya.

"Jepang berada pada masa yang sangat penting, 77 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua," kata Kishida di depan parlemen saat membuka sidang 15 hari di ibu kota Tokyo.

Baca Juga

"Negara harus melepaskan diri dari praktik-praktik mapan di masa lalu dan menciptakan aturan masyarakat, ekonomi dan internasional yang sesuai dengan era baru," ungkap Kishida kepada Diet (parlemen Jepang), seperti dilaporkan NHK.

Bulan lalu, Jepang mengadopsi strategi terbaru di bidang keamanan nasional, yang memungkinkan angkatan bersenjata negara itu memperoleh apa yang disebutnya kemampuan serangan balik. Strategi keamanan dan pertahanan utama yang diperbarui memberi militer Jepang kemampuan membalas serangan dan menyerang target di wilayah musuh untuk mencegah serangan.

Strategi itu juga mengizinkan pemerintah mengalokasikan 43 triliun yen (sekitar Rp 5 kuadriliun) untuk anggaran pertahanan selama lima tahun mulai tahun fiskal 2023.

Strategi terbaru itu juga memandang China sebagai tantangan strategi terbesar, menyebut Korea Utara sebagai ancaman lebih besar dan lebih dekat dari sebelumnya dan Rusia sebagai masalah keamanan yang serius.

Menurut Kyodo News, Kishida mengatakan pemerintahannya akan mengambil langkah untuk mendapatkan dana yang memadai guna mencapai tujuan dengan menggandakan belanja pertahanan per tahun menjadi sekitar dua persen dari produk domestik bruto selama lima tahun ke depan, setara dengan anggota NATO.

Dia menekankan "keinginannya untuk menjalin hubungan yang membangun dan stabil dengan China dan berkomunikasi erat dengan Korea Selatan".

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement