REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, induk holding farmasi tersebut membukukan kinerja positif sepanjang 2022. Honesti mengaku gembira dengan capaian tersebut mengingat tengah terjadi penurunan permintaan vaksin Covid-19 dan alat tes diagnostik Covid-19 yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi kunci dalam pertumbuhan perusahaan.
"Meskipun terjadi penurunan penjualan vaksin Covid-19 secara signifikan dari 2021 sampai kuartal III 2022, penjualan produk reguler Bio Farma mampu mencapai Rp 3,4 triliun seperti vaksin dasar pemerintah seperti polio, MR, pentabio, hingga BCG," ujar Honesti saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Pria kelahiran Padang tersebut mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi capaian laba bersih di Biofarma adalah beban pengembangan dan uji klinis produk-produk baru seperti IndoVac yang telah diluncurkan pada awal Oktober 2022 dengan target produksi sebesar 20 juta dosis di tahap awal. Honesti optimistis Bio Farma mampu meraih pendapatan hingga Rp 10,8 triliun pada 2022 yang mana Rp 4,8 triliun berasal dari produk noncovid.
"Ebitda sebelum pandemi pada 2020 itu Rp 628 miliar dan 2022 prognosisnya mencapai Rp 915 miliar. Sementara laba rugi juga positif mencapai Rp 905 miliar dan harapannya saat closing nanti bisa lebih baik," ucap dia.
Honesti menyampaikan aset Bio Farma sepanjang 2022 juga relatif stabil, meski ada sedikit penurunan akibat persoalan depresiasi. Pun dengan tingkat utang yang masih sangat rendah, bahkan mengalami penurunan dari Rp 11,8 triliun pada 2021 menjadi Rp 3,7 triliun pada tahun lalu.