REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Aksi pembakaran Alquran pada Sabtu (21/1/2023) yang dilakukan oleh politikus radikal Swedia, Rasmus Paludan di depan Kedutaan Turki itu, tentu saja memancing kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Imam Besar Islamic Center New York Shamsi Ali meyakinkan aksi tersebut sama sekali tidak akan pernah mengurangi betapa mulianya kitab suci umat Islam itu.
Presiden Nusantara Foundation ini menuturkan kejahatan yang dilakukan Rasmus Paludan ini bukan pertama kalinya. Beberapa waktu yang lalu dia juga pernah melakukan hal yang sama.
Aksi kali keduanya ini, oleh pemerintah Swedia dianggap legal dengan jaminan kebebasan. Bahkan secara khusus mendapat izin dari kepolisian dengan penjagaan keamanan di saat melakukan aksinya.
Kejadian demi kejadian yang sering terjadi di negara-negara Eropa dan Barat secara umum ini tentu menjadi pemicu bagi terjadinya reaksi keras dari kalangan Umat dan dunia Islam. Di Swedia sendiri sudah terjadi counter demonstrasi oleh Komunitas Muslim, khususnya dari Komunitas Turki.
Pemimpin-Pemimpin negara mayoritas Muslim telah menyampaikan protes keras dan kutukan atas peristiwa pembakaran Alquran ini. Erdogan dari Turki, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, dan juga menteri luar negeri Indonesia mengutuk keras pembakaran Alquran itu.
Menurut Shamsi Ali, pembakaran alquran ini dimotivasi oleh kebenciannya kepada Islam karena semakin berkembang melaju cepat di negara-negara Barat. Islam diprediksi oleh banyak kalangan akan menjadi agama mayoritas di banyak negara, bahkan secara global di masa yang tidak lama lagi.
“Di berbagai negara Eropa seperti Inggris, Jerman, Prancis dan banyak lagi Islam semakin tampil di mainstream bahkan pemerintahan,” kata Shamsi Ali dalam siaran persnya yang diterima Republika.co.id, Rabu (25/1/2024).
Kebebasan berekspresi...