Sabtu 28 Jan 2023 12:10 WIB

Camilan Bergizi Bisa Didapat Dari Pangan Lokal

Pandemi mengajarkan banyak hal termasuk makanan sehat yang tak harus mahal.

Produsen mengemas mie mocaf atau tepung singkong, Jawa Tengah, Senin (27/6/2022) (ilustrasi). Mocaf bisa jadi bahan pangan sehat berbahan baku lokal.
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Produsen mengemas mie mocaf atau tepung singkong, Jawa Tengah, Senin (27/6/2022) (ilustrasi). Mocaf bisa jadi bahan pangan sehat berbahan baku lokal.

REPUBLIKA.CO.ID, Hasil panen melimpah tak menjamin petani sejahtera dan ini terjadi di Banjarnegara, Jawa Tengah, sebagai salah satu penghasil singkong di Indonesia. Kira-kira itulah pendapat Riza Azyumarridha Azra yang yang tak pernah menyangka akan terjun pada bisnis memanfaatkan pangan lokal nan bergizi itu, beberapa waktu lalu.

Riza masih ingat, sekitar 2014 harga singkong per kilogramnya sekitar Rp 200. Saat itu petani membiarkan singkong-singkong di lahan berhektare-hektare membusuk ketimbang memanennya karena takut merugi. Tanpa memiliki latar belakang pendidikan teknologi pertanian atau pertanian, dia mencoba membaca jurnal, artikel, hingga berkonsultasi dengan pakar tentang singkong.

Baca Juga

Dari sana dia, mendapat ide mengenai modified cassava flour (mocaf) atau tepung singkong termodifikasi. Ini tak lain merupakan hasil modifikasi dari tepung singkong yang pembuatannya melalui metode fermentasi.

Berdasarkan penelusurannya, dia mendapati mocaf memiliki karakteristik sama dengan tepung terigu yang umum digunakan masyarakat dan terbuat dari gandum. Riza ingin membantu petani lokal sekaligus menjadikan masyarakat sehat.

Harapan itu diperkuat kenyataan pada akhir 2022, glutten free atau makanan bebas gluten sedang tren di kawasan Eropa. Dia lalu bergumam, "Masa sih singkong yang di sini dianggap makanan marjinal malah diekspor ke ekspor ke Eropa? Malah gandum dari sana dikirim ke sini. Yang sehat dikirim ke sana".

"Itu jadi pekerjaan rumah bersama bagaimana kita bisa berdaulat pangan," kata Riza, dilansir Antara, pekan ini.

Pada akhirnya dia memulai bisnis mocaf sembari melakukan pemberdayaan masyarakat dan mengistilahkannya sebagai bisnis berkeadilan. Dia ingin mewujudkan kedaulatan pangan dan dimulai paling dasar yakni ketika mulut bisa menahan hawa nafsu dengan tidak memasukkan produk-produk impor tetapi konsumsi produk pangan lokal yang ditanam petani.

Riza kini sudah menggandeng sekitar 650 petani singkong dan 35 anak muda melalui Rumah Mocaf untuk membuat mocaf bebas gluten yang diolah menjadi berbagai makanan sehat seperti mi, kue keringa, dan camilan lainnya.

Berbicara makanan sehat, Head of External Communications Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengatakan, penganan sehat semakin diburu masyarakat. Dia mencatat jus lemon, biji-bijian seperti chia, granola, madu hingga sereal menjadi beberapa pangan yang paling laris di Tokopedia sepanjang 2022.

Berdasarkan data, Kampar (Riau), Pringsewu (Lampung), Tabanan (Bali), Dumai (Riau) dan Buleleng (Bali) menjadi wilayah dengan peningkatan jumlah transaksi makanan dan minuman sehat paling tinggi pada 2022.

Di sisi lain, wilayah dengan peningkatan penjual makanan dan minuman sehat paling tinggi adalah Kotawaringin (Kalteng), Lampung Timur (Lampung), Indragiri Hulu (Riau), Bukittinggi (Sumbar), dan Musi Banyuasin (Sumsel). Sementara itu, Bengkalis (Riau), Lampung Tengah (Lampung), Demak (Jateng), Kubu Raya (Kalbar), dan Buleleng (Bali) mengalami lonjakan pembeli makanan dan minuman sehat tertinggi.

Pakar gizi dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK mengatakan, konsep untuk makan sehat antara lain harus dekat dengan keseharian orang-orang dan mudah ditemukan sehingga dapat terus dikonsumsi. Dia menekankan pentingnya orang-orang mengutamakan sumber bahan pangan lokal.

"Pandemi Covid-19 tiga tahun terakhir mengajarkan masyarakat banyak hal termasuk cara menjaga kesehatan dengan berolahraga dan makanan sehat yang juga tak harus mahal," kata Juwalita.

Juwalita mengatakan, sebagian pasien yang berkonsultasi dengannya belakangan ini memiliki penyakit dengan penanganan melalui pola makan benar. Mereka ini dikonsultasikan teman sejawatnya karena memiliki masalah dengan pencernaan terkait autoimun sehingga harus memodifikasi makanannya.

Mereka disarankan menghindari makanan mengandung gluten karena akan semakin memperparah kondisinya sehingga harus mencari pengganti tepung. Menurut Juwalita, akan sangat sulit bila mereka benar-benar tidak makan sesuatu yang sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak mengandung gluten.

Gluten merupakan protein dan tidak semua orang bisa mencerna dengan baik protein itu di saluran cernanya sehingga mencetuskan berbagai reaksi. Bila terkait saluran cerna maka keluhan yang bisa dialami seperti diare dan sakit perut. Sementara keluhan yang tidak terkait dengan saluran cerna misalnya sakit kepala dan nyeri-nyeri di badan usai menyantap produk mengandung tepung.

Juwalita mengingatkan, prinsip makanan sehat juga harus gizi seimbang. Pada orang di usia produktif khususnya, kurang serat bisa menimbulkan keluhan seperti sulit BAB, gula darah tidak terkontrol, kolesterol tinggi.

Karena itu, mereka harus mencari makanan alternatif makanan yang mudah didapat tetapi nilai nutrisinya baik, sembari harus bisa menghindari makanan-makanan dengan lemak jenuh seperti dari daging merah.

Singkong termasuk pangan dengan sederet nilai gizi. Sebanyak 100 gram singkong matang misalnya, mengandung sekitar 1,5 gram protein; 3 gram lemak, 2 gram serat, 40 gram karbohidrat, 2 gram serat, 20 persen vitamin C yang memainkan peran dalam sebagai antioksidan, produksi kolagen hingga meningkatkan imunitas.

Menurut Juwalita, hadirnya produk berbahan dasar singkong dengan label bebas gluten akan sangat membantu mereka dengan masalah gluten. "Dari nilai nutrisinya, karena berbahan singkong, seratnya pasti lebih tinggi," kata dia.

Keunggulan lain vitamin dan mineral lebih tinggi dibandingkan terigu biasa. Ketika orang ingin hidup sehat tetapi mobilitas tinggi maka harus berpikir produk yang mudah didapat tetapi nilai nutrisinya baik.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement