Sabtu 04 Feb 2023 17:22 WIB

Makin Banyak Karyawan Twitter yang Menuntut Perusahaan

Mantan karyawan menyebut saat tersulit Twitter adalah saat Elon Musk masuk.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Logo Twitter digantung di luar kantor perusahaan di San Francisco pada 1 November 2022 (ilustrasi). Jumlah karyawan Twitter yang dipecat dan meluncurkan tindakan hukum terhadap perusahaan terus bertambah hampir setiap hari.
Foto: AP Photo/Noah Berger
Logo Twitter digantung di luar kantor perusahaan di San Francisco pada 1 November 2022 (ilustrasi). Jumlah karyawan Twitter yang dipecat dan meluncurkan tindakan hukum terhadap perusahaan terus bertambah hampir setiap hari.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jumlah karyawan Twitter yang dipecat dan meluncurkan tindakan hukum terhadap perusahaan terus bertambah hampir setiap hari, menurut seorang pengacara yang mewakili beberapa dari mereka, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (4/2/2023).

Seorang pengacara perwakilan pekerja, Lisa Bloom, mengatakan dia telah menangani kasus sekitar 100 mantan karyawan tetapi jumlahnya terus meningkat. Bloom pun menambahkan ada berbagai klaim termasuk dugaan pelanggaran kontrak dan diskriminasi.

Baca Juga

Adapun salah satu kliennya, Amir Shevat, mengatakan kepada BBC, bos Twitter Elon Musk telah gagal memimpin perusahaan. Twitter tidak menanggapi permintaan komentar dari BBC.

Dalam sebuah wawancara dengan program BBC World Service Tech Tent, Shevat mengenang masa-masa sulit di Twitter terjadi setelah Musk melakukan pengambilalihan senilai 44 miliar dolar AS pada November 2022.

Shevat adalah kepala produk untuk platform pengembang Twitter, yang bertanggung jawab atas sekitar 150 staf. Dia mengatakan, hampir seluruh timnya diberhentikan dalam satu malam.

"Kami mendapat email yang mengatakan ada semacam restrukturisasi dan kemudian yang terjadi adalah, saya berkomunikasi dengan tim saya. Satu demi satu mereka memberi tahu saya bahwa komputer mereka rusak," kata Shevat.

Kondisi itu dikenal dengan Bricked, yakni proses mengubah komputer menjadi sesuatu yang lebih mirip batu bata. "Jadi Anda tidak bisa masuk, Anda tidak bisa melakukan apa pun dengan komputer itu," kata dia.

Dia menambahkan, hal itu adalah pengalaman yang sangat sulit yang membuat banyak insinyur, yang sangat peduli dengan perusahaan, sangat putus asa.

Diketahui, sekitar setengah dari 8.000 karyawan Twitter dipecat ketika Musk mengambil alih. Pada saat itu, Musk memperingatkan perusahaan kehilangan uang pada tingkat yang mengkhawatirkan dan berada di jalur cepat menuju kebangkrutan. Meskipun sejak itu dia mengatakan sekarang perusahaan bergerak ke arah yang baik setelah pemotongan.

Shevat bergabung dengan Twitter pada 2021 ketika perusahaan rintisannya bernama Reshuffle diakuisisi oleh jaringan media sosial. Dia sekarang memasuki proses arbitrase dengan mantan majikannya, diwakili oleh pengacara Lisa Bloom.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement