Rabu 08 Feb 2023 13:02 WIB

Menkes: Tahun Ini Kita Geser dari Pandemi ke Endemi

Kadar antibodi masyarakat Indonesia saat ini sudah mencapai 99 persen terhadap Covid.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus raharjo
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Foto: Prayogi/Republika
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, pemerintah telah menyiapkan strategi dalam masa peralihan status pandemi Covid-19 menjadi endemi. Sebab, ia menjelaskan, 2023 akan menjadi masa peralihan bagi Indonesia menuju endemi.

"Jadi tahun ini adalah tahun di mana kita akan geser dari pandemi menjadi endemi, kita udah punya frameworknya. Kita sudah bicara juga dengan WHO dan WHO sudah bilang bahwa mereka juga akan mereview," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Rabu (8/2/2023).

Baca Juga

Ia juga telah berkonsultasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa hari lalu. Jelasnya, WHO akan memantau data terkait orang yang masuk ke rumah sakit dan meninggal akibat Covid-19.

"Kalau memang dampak masuk rumah sakit dan kematiannya sudah sama dengan penyakit-penyakit lain, seperti tuberkulosis, dengue, TBC, malaria, atau influensa, di mata WHO mereka melihat 'ahh ini udah penyakit infeksi normal'," ujar Budi.

"Jadi ukurannya kemarin waktu kita diskusi dengan WHO adalah melihat dari dampaknya yang masuk rumah sakit, yang masuk ICU, dan yang wafat. Kalau angka yang masuk rumah sakit, yang masuk ICU, dan wafat sudah sama dengan penyakit lain seperti influenza, demam berdarah, tuberkulosis," sambungnya.

Pemerintah sendiri telah mencabut kebijakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Setelah pencabutan tersebut, setidaknya ada dua strategi pemerintah dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.

Pertama adalah penggunaan teknologi genome sequencing untuk mengetahui adanya varian baru Covid-19. Sebab, naiknya kasus terkonfirmasi positif bukan disebabkan oleh mobilitas massa, melainkan karena hadirnya varian-varian baru Covid-19.

"Dengan mekanisme ini, salah satu strategi utama penanganan pandemi di mana kita tahu jenis musuh kita, siapa dia, dan ada di mana, kita bisa melakukan respons yang tepat," ujar Budi.

Indonesia sendiri telah memiliki 50 alat genome sequence yang tersebar di seluruh wilayah. Tujuannya agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dapat segera merespons, jika kembali ditemukannya varian baru Covid-19 yang masuk ke dalam negeri.

Strategi kedua adalah peningkatan dan penguatan daya tahan tubuh masyarakat Indonesia. Ia menegaskan, secara ilmiah pandemi bisa dikatakan terkendali apabila reproduction rate atau laju penularannya di bawah 1.

Rendahnya laju penularan Covid-19 disebabkan oleh semakin kuatnya antibodi dan imunitas masyarakat terhadap virus tersebut. Adapun penguatannya dapat dilakukan lewat vaksinasi dan kekebalan alami.

"Di bulan Juli (2022), (kadar antibodi masyarakat) naik dari 88 persen menjadi 98 persen populasi kita sudah memiliki antibodi. Levelnya juga naik ke 2 ribu, di bulan Januari yang terakhir itu naik lagi menjadi 99 persen dengan kadar antibodi 3.200," ujar Budi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement