Jumat 10 Feb 2023 07:33 WIB

Lima Ibrah Di Balik Islamofobia

Islamofobia akan terus terjadi sepanjang masa

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Erdy Nasrul
Seseorang memegang salinan Alquran saat ikut serta dalam unjuk rasa untuk memprotes kebencian terhadap Muslim, di Den Haag, Belanda, Ahad (5/2/2023). Unjuk rasa itu diselenggarakan setelah seorang politisi Belanda, pemimpin kelompok Islamofobia Pegida, merobek halaman dari salinan Alquran di Den Haag pada akhir Januari 2023.
Foto: EPA-EFE/Robin van Lonkhuijsen
Seseorang memegang salinan Alquran saat ikut serta dalam unjuk rasa untuk memprotes kebencian terhadap Muslim, di Den Haag, Belanda, Ahad (5/2/2023). Unjuk rasa itu diselenggarakan setelah seorang politisi Belanda, pemimpin kelompok Islamofobia Pegida, merobek halaman dari salinan Alquran di Den Haag pada akhir Januari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Beberapa waktu terakhir ini, baik dalam tulisan maupun ceramah,  Imam Masjid New York, AS, Imam Shamsi Ali menyampaikan beberapa peristiwa mutakhir di dunia Barat, termasuk di kota New York. Ketiganya mendapat perhatian besar dunia, termasuk tentunya perhatian Umat Islam.

Pertama, hasil suvey the Brookings Institute tgl 29 Desember 2022 yang menemukan bahwa terjadi kenaikan signifikan pandangan positif masyarakat Amerika kepada Islam. Dari hanya sekitar 57 persen di tahun 2016 lalu menjadi 78 persen di tahun 2022 lalu. 

Kedua, pembacokan dua anggota NYPD (Polisi NY) oleh seorang Anak muda berumur 19 tahun, berkulit putih, dan mengaku Muallaf atau masuk Islam sekitar bulan Agustus tahun yang sama (2022). Tiba-tiba menjadi radikal dan seolah mewakili Islam dalam penyerangan kepada polisi New York itu.

Ketiga, pembakaran Alquran oleh seorang warga Swedia bernama Rasmus Paludan dan penyobekan serta menginjak-injak Alquran oleh seorang warga Belanda hampir pada waktu yang sama.

"Dalam pembahasan saya sampaikan bahwa hasil survei “the Brookings Insitute” itu pasti menjadikan ada pihak-pihak yang semakin khawatir. Karena Islam ini diburuk-burukkan saja terus berkembang. Apalagi kalau memang masyarakat sudah melihatnya dengan pandangan positif. Tentu akan semakin bergeliat bangkit tak tertahankan,"ujar dia dalam siaran pers pada Jumat (10/2/2023).

Di malam tahun baru itu, di saat hampir semua mata dunia menuju ke Time Square NY, tempat di mana puluhan ribu manusia sedang berkumpul, terjadi kejahatan yang langsung dikaitkan dengan Islam yang namanya mulai membaik di mata masyarakat Amerika. 

Pembakaran dan penyobekan Alquran di Eropa itu sesungguhnya mengkonfirmasi ketidak senangan dan kemarahan itu. Sehingga seorang imigran Denmark yang beralih warga negara Swedia diberikan kebebasan oleh pemerintah Swedia membakar Kitab Suci Alquran. 

Belajar dari Islamophobia 

Islamofobia seperti yang sering disampaikan bukan barang baru. Bahkan sejalan dengan sejarah penciptaan manusia itu sendiri. Dari Adam vs Iblis, Nuh vs pembesar kaumnya, Ibrahim vs Namrud, Musa vs Fir’aun, Isa vs pembesar Yahudi, hingga ke Muhammad (SAW) vs Abu Jahal atau Abu Lahab.

Dan karenanya yang perlu kita lihat secara dekat adalah kenapa Allah membiarkan phobia itu bertahan? Tidakkah dengan mudah Allah yang membolak balik hati manusia untuk jatuh hati dengan Islam sehingga tidak lagi terjadi fobia itu? 

"Jawabannya adalah karena pasti ada hikmah dan pelajaran (‘ibrah) yang Allah siapkan untuk umat ini ambil sebagai bekal dalam perjalanan hidupnya. Lebih spesifik lagi tentunya sebagai bekal dalam melanjutkan langkah-langkah dalam mengemban amanah dakwah, melanjutkan tugas kerisalahan para nabi dan rasul,"jelas dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement