REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adira Finance membukukan kinerja positif sepanjang 2022. Pada periode tersebut, perseroan berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 32 persen year on year (yoy) menjadi Rp 1,6 triliun.
Direktur Utama Adira Finance, I Dewa Made Susila mengatakan pertumbuhan laba utamanya disebabkan penurunan pada biaya bunga dan biaya kredit. Beban bunga tercatat turun sebesar 34 persen menjadi Rp 729 miliar.
"Ini merupakan dampak adanya penurunan pada jumlah pinjaman dan biaya pendanaan," jelas Dewa saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (10/2/2023).
Disamping itu, biaya kredit tercatat menurun sebesar 35 persen yoy menjadi Rp 907 miliar. Dengan demikian, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) Perusahaan masing-masing menjadi 8,6 persen dan 17,4 persen pada 2022.
Menurut Dewa, membaiknya pertumbuhan penjualan industri otomotif berdampak positif pada kinerja Adira Finance di 2022. Perusahaan mencatatkan pembiayaan baru meningkat sebesar 22 persen yoy menjadi Rp 31,7 triliun didorong dari pertumbuhan segmen pembiayaan mobil.
Adira Finance juga membukukan pertumbuhan piutang yang dikelola sebesar 10 persen menjadi sebesar Rp 44,6 triliun, setelah sempat mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir karena dampak pandemi Covid-19.
Per Desember 2022, kualitas aset perusahaan menunjukkan perbaikan. Hal itu ditandai dengan rendahnya gross NPL konsolidasi yang dikelola di level 1,7 persen, dari sebelumnya sebesar 2,3 persen pada 2021.
"Penurunan ini didukung aktivitas ekonomi yang berangsur pulih sehingga mempengaruhi kapasitas pembayaran konsumen serta aktivitas penagihan yang intensif," terang Dewa.