REPUBLIKA.CO.ID, CHISINAU -- Pemerintah Moldova yang pro-Barat mengundurkan diri pada Jumat (10/2/2023) setelah berkuasa selama 18 bulan. Pengunduran diri ini disebabkan oleh gejolak ekonomi dan efek limpahan dari invasi Rusia di Ukraina.
Presiden Maia Sandu menerima pengunduran diri Perdana Menteri Natalia Gavrilita. Sandu kemudian menunjuk mantan menteri dalam negeri Dorin Recean untuk menggantikan Gavrilita. Recean mengatakan, dia akan melanjutkan upaya Moldova untuk bergabung dengan Uni Eropa dan menghidupkan kembali ekonomi negaranya.
"Pemerintah baru akan memiliki tiga prioritas yaitu ketertiban dan disiplin, kehidupan dan ekonomi baru, serta perdamaian dan stabilitas," kata Recean.
Sandu berterima kasih kepada pemerintahan Gavrilita atas upaya mereka dalam menangani banyak krisis.