Ahad 19 Feb 2023 13:14 WIB

Mengenal Perayaan Isra Miraj yang Bersejarah

Umat Islam memperingati Isra Miraj.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Mengenal Perayaan Isra Miraj yang Bersejarah. Foto:  Madinah di awal Islam (ilustrasi)
Foto: republika
Mengenal Perayaan Isra Miraj yang Bersejarah. Foto: Madinah di awal Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam Islam momen Isra dan Miraj dirayakan pada hari ke-27 bulan ke-7 kalender Muslim. Hal ini mengacu pada perjalanan malam hari yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yerusalem dan kemudian langit.

Orang-orang beriman menganggap hal ini sebagai perjalanan fisik dan spiritual yang dibantu oleh Allah SWT. Misalnya, dengan memberi Muhammad kuda mirip pegasus, Buraq, untuk ditunggangi selama bagian pertama perjalanan.

Baca Juga

Ada beberapa perselisihan di antara para cendikiawan Muslim mengenai apakah “masjid terjauh”, Al-Aqsa, adalah masjid yang terbuat dari batu bata dan mortir secara harfiah. atau hanya tempat sholat yang sederhana.

Meski demikian, penganut agama Islam setuju bahwa perjalanan yang dilakukan Rasulullah SAW bena-benar sebuah keajaiban. Untuk melakukan perjalanan dengan metode normal antara Makkah dan Yerusalem, akan memakan waktu lebih dari sebulan, bukan satu malam Isra dan Mi'raj.

Sedikit latar belakang tentang Isra Mi'raj, peristiwa itu terjadi pada saat Nabi Muhammad dihadapkan pada kesulitan yang berat. Dia telah diuji dengan meninggalnya dua orang tersayang dalam hidupnya, yang mana tahun terjadinya peristiwa ini dikenal sebagai 'Am al-Huzun, Tahun Kesedihan.

Dilansir di National Today, Ahad (19/2/2023), Pamannya Abu Thalib yang merupakan seorang mentor yang sangat diperlukan, telah meninggal. Kejadian ini berdekatan dengan dicabutnya nyawa sang istri, Khadijah, yang telah menjadi penghibur hidupnya.

Meskipun ada catatan berbeda tentang apa yang terjadi selama Mi'raj, sebagian besar narasi Islam memiliki elemen yang sama. Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad naik dari Dome of the Rock melalui langit atau surga, dengan Malaikat Jibril atau Jibril.

Selama perjalanan itu, Muhammad SAW tidak hanya melihat banyak pemandangan ajaib dan banyak malaikat, dia juga bertemu dengan seorang nabi yang berbeda di masing-masing tujuh tingkat surga. Pertama Adam, lalu Yohanes Pembaptis dan Yesus, lalu Yusuf, Idris, Harun, Musa, dan terakhir Abraham.

Setelah Muhammad bertemu dengan Ibrahim, Nabi bertemu Allah SWT tanpa Malaikat Jibril. Di sinilah Allah memberi ummah (Muslim) hadiah wajib salat atau salat.

Allah memberi tahu Muhammad, bahwa umatnya harus berdoa 50 kali sehari. Tetapi, ketika Muhammad turun kembali ke Bumi, dia bertemu dengan Musa yang menyuruh Muhammad untuk kembali kepada Allah dan meminta lebih sedikit doa, karena 50 terlalu banyak.

Muhammad pun bolak-balik antara Musa dan Allah hingga sembilan kali, yang mana akhirnya shalat dikurangi menjadi shalat lima waktu, yang Allah SWT akan memberi pahala sepuluh kali lipat.

Setelah selesai, akhirnya Nabi Muhammad dibawa turun kembali ke Al-Asqa dan dikembalikan ke Makkah. Saat dia diangkut pulang, dia melihat berbagai kafilah menuju Makkah, yang kemudian dia ceritakan kepada orang Quraisy sebagai bukti jika dirinya benar-benar telah melakukan perjalanan ajaibnya.

Seluruh perjalanan ini terjadi dalam waktu kurang dari satu malam. Ada banyak orang yang mengejek karena Nabi Muhammad membuat pernyataan seperti itu. Akan tetapi, bagi umat Islam, kisah tersebut merupakan sumber kekaguman dan harapan, seperti yang terus berlanjut bagi banyak umat Islam saat ini.

Bagi Muslim yang memilih untuk merayakan momen bersejarah ini, Isra' Mi'raj ditandai dengan berbagai cara. Beberapa memilih berkumpul di masjid setempat untuk shalat, sementara yang lain merayakannya di rumah dengan menceritakan kisah perjalanan Muhammad kepada anak-anak dan membaca doa di malam hari.  

Sumber:

https://nationaltoday.com/isra-and-miraj/

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement