REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Guru Besar sekaligus Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Profesor Sagaf S Pettalongi menyatakan peristiwa Isra dan Miraj sebagai salah satu sejarah penting dalam peradaban Islam harus diajarkan secara masif kepada generasi muda muslim.
"Jangan sampai generasi muda muslim tidak mengetahui dan memahami peristiwa penting ini. Oleh karena itu, harus diajarkan secara masif kepada generasi muda," ucap Sagaf S Pettalongi, dihubungi dari Palu, Senin (20/2/2023), terkait dengan momentum isra dan miraj.
Momentum Isra Miraj jatuh pada tanggal 18 Februari 2023 Masehi atau 27 Rajab 1444 Hijriah.
Sagaf menyatakan dalam peringatan dan perayaan momentum isra dan miraj di masing - masing masjid, di tingkat desa/kelurahan serta oleh organisasi kepemudaan dan keagamaan, agar melibatkan generasi muda.
Sehingga generasi muda, kata dia, dapat mengetahui peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.
Ia menyebut bahwa meningkatkan pemahaman generasi muda muslim tentang peradaban Islam salah satunya mengenai isra dan miraj menjadi tanggung jawab bersama khususnya para dai, para intelektual muslim, para cendikiawan, majelis ulama dan organisasi Islam.
Oleh karena itu, kata dia, dalam peringatan dan perayaan isra dan miraj, para penceramah/dai agar menyampaikan secara utuh mengenai peristiwa tersebut.
Di samping itu, ujarnya, lewat momentum isra dan miraj harus menjadi refleksi dan pelajaran besar bagi umat Islam dalam meneladani perilaku Nabi, utamanya dalam konteks muamalah atau dalam kehidupan sosial keagamaan.
Nabi Muhammad SAW pada dirinya terdapat suri tauladan yang baik untuk diteladani oleh umatnya. Nabi diutus untuk memperbaiki akhlak manusia.
"Maka sebagai umat Nabi Muhammad SAW sekaligus sebagai orang - orang yang beriman, sekiranya harus mengikuti akhlak nabi dalam kehidupan sosial. Minimal, tidak menyalahkan orang lain yang berbeda keyakinan," ujarnya.
Salah satu makna dari peristiwa isra dan miraj yaitu saling menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan yang ada, dengan menempatkan nilai - nilai kemanusiaan sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan sosial keagamaan.