REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mungkin sebagian Muslim masih ada yang ragu dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Syaban. Akademi Penelitian Islam yang berafiliasi dengan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir menyampaikan penjelasan mengenai hal tersebut.
Dalam pemaparannya, disebutkan bahwa bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan dan bulan Sya'ban adalah bulan pengantar terbaik bagi seorang Muslim sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
"Puasa di bulan Sya'ban seperti shalat sunnah qobliyah dalam sholat wajib. Puasa tersebut mempersiapkan dan mengaktifkan jiwa untuk menunaikan perkara amal yang wajib, yang dalam hal ini ialah puasa Ramadhan.
Dalil yang menunjukkan sunnah puasa Sya'ban merujuk pada hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA. Dia berkata, "Rasulullah SAW berpuasa sehingga kami berkata beliau tidak berbuka, dan beliau senantiasa berbuka sehingga kami berkata beliau tidak berpuasa. Maka aku tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan, dan aku tidak melihat puasa beliau yang lebih banyak (dari Ramadhan) selain (puasa) bulan Syaban." (HR Muttafaq alaih)
Ini menunjukkan, puasa yang dimaksud dalam hadits itu ialah puasa yang dilaksanakan di bulan Sya'ban. Terlebih generasi salaf terdahulu adalah kalangan yang selalu meningkatkan ibadah dan selalu berjuang dalam hal ibadah.
Karena itu, dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, Abu Bakar Al-Bakhi berkata, "Bulan Rajab adalah bulan menabur, bulan Syaban adalah bulan mengairi tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil bumi."
Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan tentang hikmah melaksanakan puasa di bulan Sya'ban. Dari Usamah bin Zaid, dia berkisah, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa di bulan Syaban sebagaimana puasa di bulan-bulan lainnya?'
Kemudian Nabi SAW bersabda, 'Bulan Syaban merupakan bulan di mana manusia melalaikannya antara bulan Rajab dan Ramadhan. Padahal Syaban adalah bulan diangkatnya amalan kebajikan kepada Rabb semesta alam. Aku cinta amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.'" (HR An-Nasai dan Abu Dawud, dishahihkan Ibnu Khuzaimah)
Sumber:
(Umar Mukhtar)