REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Menteri Agama (Wamenag), KH Zainut Tauhid Sa'adi, menyampaikan, berprasangka baik terhadap yang disampaikan Megawati Sukarnoputri tentang ibu-ibu pengajian.
"Saya berprasangka baik (husnudzon) terhadap apa yang disampaikan oleh ibu Megawati terkait dengan pernyataan beliau tentang ibu-ibu pengajian," kata Kiai Zainut kepada Republika.co.id, Kamis (23/2/2023).
Wamenag mengatakan, maksudnya Megawati bukan melarang atau tidak senang dengan kegiatan pengajian tersebut, melainkan sebaiknya dalam mengatur waktunya harus lebih proporsional sehingga tugas utama sebagai seorang ibu yaitu merawat, membimbing, dan mendidik anak bisa lebih maksimal.
"Jadi inti pesan yang beliau sampaikan adalah terkait dengan pengaturan waktu, bukan pada larangan mengikuti pengajian," jelas Wamenag.
Wamenag menambahkan, meskipun mengikuti pengajian itu baik, namun harus tetap diatur waktunya, tidak boleh meninggalkan kewajiban yang lainnya. Seperti mengurus rumah tangga, mendidik anak, dan mengerjakan tugas dan kewajiban lainnya.
Menurutnya, yang disampaikan Ibu Megawati harusnya dipandang sebagai sebuah kritik yang konstruktif dan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap praktik pengajian yang selama ini berlangsung.
Dalam praktiknya, memang ada sebagian dari ibu-ibu yang sangat aktif mengikuti kegiatan pengajian. Ada yang sepekan dua kali, ada yang tiga kali, ada yang empat kali bahkan ada yang setiap hari, pagi dan sore.
Karena biasanya jadwal pengajian itu bergiliran berdasarkan zonasi tempat (masjid, mushola) atau kelompok (jam'iyyah) majelis taklimnya.
"Di sisi lain kita sedang dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Masalah tingginya angka stunting, maraknya kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan, seks bebas, penyalahgunaan obat terlarang atau narkoba oleh remaja, kekerasan dalam rumah tangga dan masalah sosial lainnya," ujar Kiai Zainut.
Menurut Wamenag, dalam konteks seperti itu Megawati menyampaikan pidatonya sehingga penyikapanya perlu lebih proporsional dan kontekstual, bukan dijadikan polemik yang berkepanjangan.
Sebelumnya, Ketua Dewan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati menjadi sorotan kembali setelah pidatonya memicu kontroversi di media sosial (medsos). Pidato Megawati itu terucap saat ia menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana' di Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023).
Salah satu pidato Megawati yang menjadi polemik adalah ketika membahas masalah anak stunting. Dia mengaitkannya dengan aktivitas keagamaan kaum ibu yang waktunya tersita untuk pengajian sehingga lupa mengurus anak.
Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW
Alhasil, dia sampai berpesan agar kaum ibu bisa membagi waktu agar waktunya tidak habis untuk pengajian dan melupakan asupan gizi anak.
"Saya melihat ibu-ibu tuh ya maaf ya sekarang kan kayaknya budayanya beribu maaf, jangan lagi saya di-bully. Kenapa toh seneng banget ngikut pengajian ya? Iya lho maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu lho," kata Megawati di acara yang dihadiri Republika.co.id tersebut.
"Ini pengajian iki sampai kapan tho yo? Anake arep dikapake (anaknya mau diapakan), he, iya dong. Boleh bukan ga berarti boleh, saya pernah pengajian kok," kata Megawati.