REPUBLIKA.CO.ID, GUANGZHOU -- Sedikitnya 15 pembeli berskala besar (buyer) potensial di China berminat kepada produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) binaan Bank Indonesia.
"Lima belas buyers potensial tersebut telah terkurasi dan mencicipi produk-produk yang dihasilkan 30 UMKM," kata Kepala Kantor BI Perwakilan Beijing, Tutuk Cahyono, Jumat (24/2/2023).
BI Beijing bertindak secara aktif mempromosikan produk-produk unggulan 30 unit UMKM binaannya dengan merangkul Overseas Prominent Brand (OPB) sebagai salah satu agregator UMKM ternama di China. OPB memiliki platform daring berbasis mahadata yang mampu menjangkau 220 ribu buyer potensial.
"Indonesia dikenal secara global sebagai salah satu negara penghasil produk makanan dan minuman berkualitas, terutama kopi dan rempah. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas pemerintah Indonesia, termasuk BI untuk mendorong ekspor produk makanan dan minuman UMKM Indonesia ke pasar China," kata Tutuk.
Sebelumnya, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Guangzhou bekerja sama dengan Pusat Promosi Dagang Indonesia (ITPC) Shanghai, BI Beijing, dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menyelenggarakan seminar di Guangzhou, Provinsi Guangdong, untuk mendapatkan tanggapan dan penilaian atas produk-produk UMKM Indonesia.
"Ini bagian dari upaya kami untuk mempromosikan produk-produk UMKM Indonesia agar bisa menembus pasar China," kata Kepala ITPC Shanghai Yudha Halim.
Dalam kegiatan tersebut, OPB menyiarkan secara langsung melalui aplikasi Wechat Live produk-produk UMKM Indonesia yang disaksikan lebih dari 1.500 buyer potensial.
Konsul Jenderal RI di Guangzhou Ben Perkasa Drajat berharap kegiatan promosi tersebut bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan nilai ekspor Indonesia ke China.
Ia menyebutkan nilai perdagangan Indonesia dengan China wilayah selatan pada 2022 mencapai 45,46 miliar dolar AS (setara Rp 692,7 triliun) atau meningkat 12,78 persen dibandingkan dengan pencapaian pada 2021. Sepanjang 2022 Indonesia juga mengalami surplus nilai perdagangan dengan China selatan sebesar 6,34 miliar dolar AS (setara Rp 96,6 triliun).
"Perdagangan Indonesia-China menunjukkan tren peningkatan selama periode 2020-2022. Hal ini dipengaruhi oleh hubungan politik dan ekonomi yang stabil antara dua negara dan didorong oleh China yang mencari alternatif sumber komoditas ke Indonesia," kata Ben Perkasa.