REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Jawa Barat, mengabarkan sepanjang tahun ini belum ada laporan kasus penyakit difteri. Adapun pada 2022, dilaporkan sempat ada dua kasus suspek difteri.
Kepala Dinkes Kota Bandung Anhar Hadian menyampaikan hal itu merespons status kejadian luar biasa (KLB) difteri di Kabupaten Garut, Jawa Barat. “Masih zero (difteri),” kata Anhar, Jumat (24/2/2023).
Menurut Anhar, pada 2022 memang sempat ada dua anak berstatus suspek karena menujukkan gejala seperti terkena difteri. Merespons hal itu, kata dia, petugas kesehatan langsung mengambil sampel kedua anak tersebut untuk diperiksa.
Anhar mengatakan, kedua anak itu pun diberi serum antidifteri. “Hasilnya negatif. Anaknya sendiri sudah sehat, sembuh. Aman, insyaallah,” kata dia.
Anhar menjelaskan, salah satu gejala difteri itu adanya selaput warna putih pada tenggorokan. Apabila memang terkena difteri, kata dia, selaput itu bisa membesar.
Karena itu, menurut Anhar, perlu penanganan segera bila ada pasien yang diduga terkena difteri.
“Penanggulangan enggak menunggu itu (membesar). Ketika dokter melihat ada gejala demam, sesak napas seperti ISPA, dia gangguan pernapasan, kalau dokter curiga ada warna putih di tenggorokan, dokter boleh menyatakan ini suspek difteri. Segera dikasih antidifteri serum,” kata dia.
Dalam upaya pencegahan difteri, Anhar menekankan soal imunisasi anak. Ia meminta orang tua melengkapi imunisasi anak.