Senin 27 Feb 2023 15:18 WIB

Pascarusuh di Sinakma, Kekerasan Terhadap Warga Pendatang Masih Terjadi di Wamena

Polisi masih melakukan pengejaran terhadap pelaku penyerangan warga pendatang.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Agus raharjo
Sejumlah warga membawa senjata panah berjalan usai kerusuhan massa di Wamena, Papua, Jumat (24/2/2023). Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri menyebutkan kerusuhan yang dipicu isu penculikan anak tersebut mengakibatkan 10 orang tewas, puluhan orang luka-luka, dan belasan bangunan serta kendaraan bermotor hangus terbakar.
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Sejumlah warga membawa senjata panah berjalan usai kerusuhan massa di Wamena, Papua, Jumat (24/2/2023). Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri menyebutkan kerusuhan yang dipicu isu penculikan anak tersebut mengakibatkan 10 orang tewas, puluhan orang luka-luka, dan belasan bangunan serta kendaraan bermotor hangus terbakar.

REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA — Aksi kekerasan dan penyerangan terhadap warga pendatang di Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan masih terjadi pascakerusuhan yang terjadi, Kamis (23/2/2023). Pada Ahad (26/2/2023) dua warga pendatang sekarat dibacok oleh sekelompok orang yang tak dikenal.

Kepolisian setempat sampai hari ini, Senin (27/2/2023) belum dapat menangkap pelaku penyerangan dengan menggunakan parang tersebut. “Kedua kasus tersebut, terjadi kemarin (26/2/2023) dengan korban atas nama Laode Deti (usia 42 tahun), dan Esra Surbakti (39 tahun),” kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Papua Komisaris Besar (Kombes) Iganitius Benny kepada Republika.co.id di Jakarta, Senin (27/2/2023).

Baca Juga

Benny mengatakan, dari laporan Polres Jayawijaya, dua pembacokan tersebut, diduga satu rangkaian, namun terjadi dalam dua peristiwa yang terpisah.

Ia menjelaskan, kejadian pembacokan pertama terjadi pada Ahad (26/2/2023) pukul 18:27 waktu setempat dan berlokasi di Jalan Suci Wamena. Dalam kejadian tersebut korban atas nama Laode Deti.

Laode adalah seorang pedagang pinang. Dari penyelidikan dan permintaan keterangan diketahui kronologi kejadian terjadi ketika ada seorang warga yang meminta rokok kepada Laode. Namun, setelah korban memberikan rokok yang diminta, warga yang meminta tersebut melakukan pembacokan.

“Korban Laode Deti mengalami luka di bagian leher,” kata Kombes Benny. Kejadian kedua yang dialami Esra Surbakti di Jalan Sanger Wamena. Esra adalah pedagang dalam kios yang menjual beberapa kebutuhan makanan dan bensin. Sekitar pukul 19:25 waktu setempat, dua orang mendatangani kios miliknya. Dua orang tersebut membeli bensin dan soda. Namun setelah jual-beli dilakukan, dua pembeli tersebut tanpa penjelasan menyerang Esra menggunakan sebilah parang.

“Esra mendapatkan luka akibat senjata tajam di area wajah dan tangan kanannya,” kata Kombes Benny.

Kedua korban tersebut dalam perawatan serius di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena. Namun terhadap para pelaku pada dua penyerangan tersebut, sampai saat ini tak diketahui. Kepolisian setempat, kata Kombes Benny meyakini para pelaku langsung kabur setelah melakukan penyerangan.

Tetapi kata Kombes Benny, dari olah tempat kejadian perkara di dua lokasi, tim Polres Jayawijaya menemukan barang-barang bukti berupa parang yang dijadikan alat penyerangan dan satu unit sepeda motor matic Honda Vario dengan nomor polisi PA 2107.

“Polisi masih melakukan pengejaran terhadap pelaku yang melakukan penyerangan, dan penganiayaan tersebut,” ujar Benny. Atas peristiwa tersebut, kata Kombes Benny, kepolisian dari Resor Jayawijaya, juga memastikan untuk melakukan peningkatan kegiatan patroli pengamanan di seluruh Wamena.

“Polres Jayawijaya masih mendalami modus aksi-aksi penyerangan ini. Dan kepolisian akan melakukan kegiatan peningatakan keamanan untuk memastikan kasus-kasus seperti ini tidak terjadi lagi,” ujarnya.

Sebelum peristiwa pembacokan terhadap dua warga pendatang itu, kerusuhan sempat terjadi di Sinakma-Wamena, pada Kamis (23/2/2023) kemarin. Kepolisian mengatakan, 12 orang tewas dalam bentrokan tersebut. Kerusuhan itu, pun berawal dari kesalahpahaman antara warga asli Papua dan warga pendatang.

Bentrokan itu berawal dari kabar dan informasi yang tak benar tentang adanya kejadian penculikan anak-anak asli Papua. Warga asli Papua menuduh warga pendatang sebagai penculik anak-anak.

Warga asli sempat melakukan upaya main hakim sendiri terhadap si pendatang yang dituduh. Namun, warga pendatang yang dituduh itu ditangkap kepolisian untuk dibawa ke penyelidikan. Akan tetapi warga asli tak terima dan meminta polisi untuk menyerahkan tertuduh penculik anak-anak tersebut. Kepolisian yang tak bersedia melepas si pendatang yang tertuduh, mendapatkan serangan lemparan batu dan panah dari warga asli. Alhasil kepolisian, meminta bantuan, dan bersama-sama personel militer melakukan pembubaran paksa warga asli yang melakukan penyerangan.

Dalam pembubaran tersebut, terjadi bentrokan. Warga asli yang juga menyerang warga pendatang, nekat membakar kios-kios milik warga pendatang di Pasar Sinakma. Delapan kios ludes terbakar. Dan dalam insiden tersebut, 12 orang tewas. Sembilan yang tewas adalah warga asli Papua.

Sedangkan tiga lainnya adalah warga pendatang. Mereka yang ditewas dikarenakan tembakan petugas. Dan juga akibat pukulan benda-benda pada saat terjadi kerusuhan. Belum ada perkembangan apapun dari penindakan hukum atas kerusuhan maut tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement