Senin 27 Feb 2023 21:44 WIB

Mentan SYL Kawal Panen Raya Padi di Jateng, Produktivitas Hingga 7 Ton per Hektare

Diperkirakan luas panen raya di bulan Februari 2023 sebesar 1 juta hektare

Red: Gita Amanda
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan panen di Kabupaten Semarang guna mengawal langsung produksi padi Jawa Tengah sebagai salah satu penyumbang terbesar beras nasional pada masa panen raya 2023 ini melimpah.
Foto: Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan panen di Kabupaten Semarang guna mengawal langsung produksi padi Jawa Tengah sebagai salah satu penyumbang terbesar beras nasional pada masa panen raya 2023 ini melimpah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan panen di Kabupaten Semarang guna mengawal langsung produksi padi Jawa Tengah sebagai salah satu penyumbang terbesar beras nasional pada masa panen raya 2023 ini melimpah. Luas panen di Kabupaten Semarang sendiri pada Februari ini 3.198 hektare (ha) dan Maret 3.689 ha dengan produktivitas 6 sampai 7 ton per hektare.

"Hari ini dengan Bupati Semarang memastikan produksi padi di Jawa Tengah khususnya di Semarang memasuki masa panen raya. Ini juga mensimbolkan bahwa seluruh Indonesia sekarang lagi panen raya. Saya menyampaikan terima kasih, produksi padi di sini cukup tinggi. Kalau dilihat dari jumlah malainya di atas 7 ton per hektare," kata Mentan SYL pada panen padi yang berlangsung di Kelompok Tani Pangudi Tani Desa Boto Kecamatan Bancak seluas 250 ha, Senin (27/2/2023), seperti dalam siaran pers.

Baca Juga

Ia mengungkapkan berdasarkan data Kerangka Sampling Area (KSA) BPS, diperkirakan luas panen raya di bulan Februari 2023 sebesar 1 juta hektare dan pada puncak panen raya bulan Maret mendatang sebesar 1,9 juta ton. Jika produksi rata-rata 5 ton per hektare dari 1 juta hektare, artinya minimal ada 10 juta ton gabah setara 5 sampai 6 juta ton beras.

"Oleh karena itu, dari hitungan yang ada, ketersediaan beras kita cukup. Kalau panen pakai mesin combine yang hilang gabahnya hanya 3 sampai 5 persen, tapi kalau panen tradisional hilangnya sampai 11 persen," ungkapnya.