REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni, mengatakan adanya kasus pelecehan yang dilakukan sepasang mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (Unand) berpotensi merusak citra profesi dokter. Erianjoni mengapresiasi kasus tersebut terungkap lebih awal sebelum kedua pelaku berprofesi sebagai dokter.
Profesi dokter sangat dekat dengan masyarakat yang dapat menjadi korban kelainan seks pelaku. "Tentu kita miris melihat pelaku adalah mahasiswa FK. Untung kasus ini terungkap. Jangan nanti ketika dia (sepasang pelaku pelecehan) sudah menjadi dokter, tentu akan merusak citra profesi dokter dan FK Unand," kata Erianjoni, Senin (27/2/2023).
Erianjoni menyebut profesi menjadi dokter cukup berat. Dokter melayani masyarakat untuk membantu penyembuhan bahkan pertolongan nyawa.
Ia tidak ingin ada sosok yang menjadi dokter tapi mengidap kelainan seksual dan perilaku menyimpang karena akan merugikan pasiennya nanti.
Ia memaklumi cukup sulit mendeteksi kelainan seksual tanpa ada bukti yang cukup jelas. Perlu ada terobosan dari pihak kampus supaya dapat mencegah masuknya calon-calon mahasiswa yang punya kelainan seksual atau pun penyakit Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT).
Erianjoni mengingat pada tahun 2017 lalu, rektorat Unand pernah mensyaratkan calon mahasiswa yang akan masuk Unand harus bebas dari LGBT. Namun, persyaratan ini mendapat pertentangan dari berbagai pihak seperti aktivis HAM dan penganut paham liberal.
"Padahal itu adalah terobosan. Karena potensi kelainan seksual dan LGBT itu di kampus cukup besar. Karena mengontrolnya cukup sulit," ujar Erianjoni.