Rabu 01 Mar 2023 22:11 WIB

LRT Jakarta Fokus Bisnis Non-Tiket untuk Tingkatkan Laba

Salah satunya, LRT menjajaki kerja sama dengan para pengusaha retail.

Penumpang menaiki kereta LRT saat melintas di kawasan Rawamangun, Jakarta, Selasa (1/11/2022) (ilustrasi). PT Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta memfokuskan pengembangan bisnis non-tiket (non-farebox) untuk meningkatkan laba perusahaan pada 2023 agar lebih tinggi dibandingkan 2022.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penumpang menaiki kereta LRT saat melintas di kawasan Rawamangun, Jakarta, Selasa (1/11/2022) (ilustrasi). PT Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta memfokuskan pengembangan bisnis non-tiket (non-farebox) untuk meningkatkan laba perusahaan pada 2023 agar lebih tinggi dibandingkan 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta memfokuskan pengembangan bisnis non-tiket (non-farebox) untuk meningkatkan laba perusahaan pada 2023 agar lebih tinggi dibandingkan 2022.

Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT LRT Jakarta, Sheila Indira Maharshi mengungkapkan, pada 2022 laba perusahaan adalah Rp 8 miliar yang naik 128 persen dibandingkan 2021 sebesar Rp 3 miliar.

Baca Juga

"Kami mengembangkan strategi bisnis terutama di luar tiket, demi menggenjot laba. Ini menjadi konsentrasi kami untuk memaksimalkan pendapatan dari segi non-farebox," kata Sheila di Jakarta, Rabu (1/3/2023).

Pendapatan non-farebox merupakan salah satu dari tiga sumber pendapatan PT LRT Jakarta selain dari penjualan tiket (farebox) dan subsidi (Public Service Obligation/ PSO) dari Pemprov DKI Jakarta sekitar Rp 350 miliar. Untuk menggenjot pendapatan LRT Jakarta, kata Sheila, perusahaan akan memaksimalkan divisi khusus yang fokus dalam mengembangkan bisnis non-farebox.

Salah satunya menjajaki kerja sama dengan para pengusaha retail sehingga bisa menyewa ruang-ruang di stasiun maupun kantor pusat LRT untuk usahanya. "Jadi mereka akan menyewa lokasi dan itu menjadi salah satu pendapatan non-farebox kami," ungkap Sheila.

Selain itu, LRT Jakarta juga akan melakukan jasa perawatan terhadap sarana fasilitas kereta api Bandara Soetta Skytrain milik PT Angkasa Pura II (Persero) yang bisa menjadi sumber pendapatan LRT Jakarta dari sisi non-farebox.

Selanjutnya, LRT Jakarta juga berencana mengoptimalkan aset publikasi yang ada di kereta maupun stasiun. Nantinya aset-aset tersebut dapat digunakan sebagai media promosi pihak ketiga atau pelaku usaha terhadap barang atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen.

"Itu potensinya cukup tinggi karena memang saat ini kami melihat beberapa jenama lokal, mulai melirik seperti shooting di LRT atau promo produk dan launching," kata Sheila.

Pihaknya juga sudah beberapa kali uji coba melakukan kegiatan-kegiatan stasiun untuk mengaktivasihal tersebut. "Rupanya potensi itu oke dan ke depan ini akan menjadi salah satu proyeksi kami untuk pendapatan non-farebox," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama LRT Jakarta Hendri Saputra mengungkapkan pendapatan perseroan pada 2022 sekitar Rp 211 miliar, yang naik 57 persen dibanding 2021 lalu. Kemudian laba usaha sekitar Rp 8 miliar pada 2022, dari tahun sebelumnya Rp 3 miliar, terjadi peningkatan 128 persen.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement