REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Perkantoran Hong Kong lebih kosong daripada di pusat keuangan Asia lainnya. Kendati pemerintah telah melonggarkan kebijakan Covid-19, namun pemulihan ekonomi masih sulit.
Konsultan properti JLL mengatakan, kekosongan ruang kantor secara keseluruhan naik menjadi lebih dari 12 persen dalam tiga bulan hingga Desember. Jumlah ini naik dari sekitar 10 persen tahun lalu. Sementara Singapura dan Tokyo yang memiliki tarif sewa jauh di bawah Hong Kong angka kekosongan kantor tidak berubah. Sewa kantor premium di pintu masuk ke China telah turun hampir 30 persen sejak pertengahan 2019.
Hal yang paling mengkhawatirkan adalah memudarnya minat dari Republik Rakyat Cina. Tahun lalu, perusahaan yang berbasis di Cina daratan menyumbang kurang dari 6 persen dari semua sewa di kawasan pusat bisnis utama Hong Kong.
Beberapa pengembang bernasib lebih baik daripada yang lain. Hong Kong Land yang merupakan tuan tanah terbesar di distrik Central, mempertahankan tingkat kekosongan yang patut ditiru sekitar 5 persen selama Covid-19. Di tempat lain, tingkat kekosongan mencapai 21 pesen tahun lalu di CK Asset-owned Cheung Kong Center, yang merupakan tempat kantor utama Goldman Sachs.
Sementara itu, HSBC khawatir tentang kehilangan kantor pribadi mereka karena bank bertujuan untuk memangkas real estat noncabangnya sebesar 40 persen secara global pada tingkat pra-pandemi. Namun seorang sumber mengatakan, rencana untuk mengurangi kantor HSBC mungkin tidak berlaku untuk Hong Kong.
Jika optimisme bisnis kembali, pasokan kantor di Hong Kong akan meningkat sebesar 3 juta kaki persegi, atau kira-kira 3 persen tahun ini karena menara baru seperti Henderson dan Cheung Kong Center II masuk ke pasar. Perekonomian Hong Kong menyusut antara tiga hingga empat tahun terakhir. Selain itu, populasi Hong Kong juga menyusut.