REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Amerika Serikat (AS) telah menyetujui potensi penjualan senjata baru senilai 619 juta dolar AS ke Taiwan. Penjualan senjata kemungkinan akan memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Washington dan Beijing.
Pentagon mengatakan, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui potensi penjualan senjata dan peralatan ke Taiwan. Penjualan ini mencakup 200 Advanced Medium Range Air-to-Air Missiles (AMRAAM) anti-pesawat dan 100 rudal AGM-88B HARM yang dapat menyerang daratan dengan berbasis stasiun radar.
"Penjualan yang diusulkan akan berkontribusi pada kemampuan penerima untuk menyediakan pertahanan wilayah udara, keamanan regional, dan interoperabilitas dengan AS," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, rudal itu akan membantu secara efektif mempertahankan wilayah udara untuk menghadapi ancaman dan provokasi dari militer Cina. Taipei pun akan meningkatkan persediaan pertahanan.
Raytheon Technologies dan Lockheed Martin adalah kontraktor utama dari penyediaan senjata tersebut. Cina sendiri telah memberikan sanksi kepada kedua perusahaan karena menjual senjata Taiwan.
Kementerian Luar Negeri China dengan tegas menentang penjualan yang direncanakan tersebut. Beijing menyatakan, Washington harus menghentikan penjualan senjata dan kontak militer dengan Taipei.
Taiwan telah mengeluh selama tiga tahun terakhir tentang peningkatan aktivitas militer Cina di dekat pulau itu karena daratan berusaha untuk menegaskan klaim kedaulatannya. Laporan terbaru pada Kamis (2/3/2023), serangan angkatan udara Cina skala besar ke zona identifikasi pertahanan udara selama dua hari berturut-turut. Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, selama 24 jam terakhir pihaknya telah melihat 21 pesawat.
Pemerintah Taiwan telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Cina. Namun Taipei menegaskan akan mempertahankan diri jika diserang dan hanya rakyatnya yang dapat memutuskan masa depan mereka sendiri.