Selasa 07 Mar 2023 17:03 WIB

Bahaya Memakan Harta Haram, Neraka Tempat Kembalinya

Perut adalah anggota tubuh yang paling besar bahayanya dan paling sulit diperbaiki.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Pelit dan mabuk harta (ilustrasi). Bahaya Memakan Harta Haram, Neraka Tempat Kembalinya
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan betapa bahayanya memakan harta haram. Bahkan, Nabi Muhammad SAW bersabda setiap daging pada tubuh ini yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan maka neraka tempat kembalinya.

Imam Al-Ghazali menjelaskan, bagi hamba yang tengah menempuh jalan ibadah dan ketaatan, wajiblah menjaga perut mereka. Sebab perut itu adalah anggota tubuh yang paling besar bahayanya dan paling sulit diperbaiki.

Baca Juga

Perut adalah pusat kekuatan tubuh, di dalamnya tersimpan energi bagi seluruh anggota badan. Perut juga merupakan anggota tubuh yang darinya berasal sumber kekuatan, kelemahan, kesalehan, kenakalan, dan sikap membangkang.

Kita diperintah oleh Allah untuk menjaga perut ini dari hal-hal yang haram maupun yang syubhat, juga dari mengonsumsi makanan halal secara berlebihan. Patuhi ini jika kamu ingin hidup yang bermakna dan bermanfaat.

Menjaga perut dari barang haram maupun syubhat itu harus dilandasi atas tiga perkara. Pertama, karena takut terhadap ancaman neraka jahanam sebagai firman Allah Ta'ala dalam Surah An-Nisa Ayat 10.

اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَارًا ۗ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيْرًا ࣖ ١٠

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS An-Nisa: 10).

Sabda Nabi Muhammad SAW, "Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan maka neraka lebih utama bagi tempat kembalinya."

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement