REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Siaran media Afghanistan Tolo News menayangkan panel yang semuanya perempuan di studionya pada Rabu (8/3/2023). Dalam tayang itu pun penonton perempuan ikut dilibatkan sebagai peringatan Hari Perempuan Internasional.
Dengan masker bedah menutupi wajah, panel yang terdiri dari tiga perempuan dan satu moderator yang juga perempuan membahas topik tentang posisi perempuan dalam Islam. "Seorang perempuan memiliki hak dari sudut pandang Islam ... itu adalah haknya untuk dapat bekerja, untuk dididik," kata jurnalis Asma Khogyani di panel tersebut.
Panelis lain, yang merupakan mantan profesor universitas Zakira Nabil mengatakan, perempuan akan terus mencari cara untuk belajar dan bekerja. "Mau tidak mau, perempuan ada di masyarakat ini ... jika tidak mungkin mendapatkan pendidikan di sekolah, dia akan belajar ilmu di rumah," katanya kepada panel.
Program yang melibatkan banyak perempuan ini telah langka di Afghanistan sejak Taliban mengambil alih. Banyak jurnalis perempuan meninggalkan profesinya atau mulai bekerja off-air. Sebuah survei oleh Reporters Without Borders tahun lalu menemukan, lebih dari 75 persen jurnalis perempuan telah kehilangan pekerjaan sejak Taliban mengambil alih pada Agustus 2021.
Pembatasan yang semakin meningkat serta krisis ekonomi yang parah di negara itu, Organisasi Perburuhan Internasional mengatakan, pekerjaan perempuan telah turun 25 persen tahun lalu sejak pertengahan 2021. Lembaga ini menyatakan, lebih banyak perempuan beralih ke pekerjaan wiraswasta seperti menjahit di rumah.
Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Afghanistan (UNAMA) meminta Taliban untuk membatalkan pembatasan hak-hak anak perempuan dan perempuan. Sedangkan Taliban mengklaim menghormati hak-hak perempuan dan telah membentuk sebuah komite untuk memeriksa masalah yang dirasakan untuk membuka kembali sekolah perempuan