REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi gula harian masyarakat, baik yang didapat dari makanan atau minuman, dinilai sudah tergolong berlebihan. Tak hanya pada dewasa, kekhawatiran tersebut juga terjadi pada anak-anak.
Guru Besar Perilaku Konsumen, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, mengatakan kasus diabetes pada anak cukup tinggi karena konsumsi gulanya tergolong tinggi yaitu 10 persen lebih banyak dari yang direkomendasikan.
Tingginya konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia tergambar pada hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Terungkap, sebanyak 47,8 persen responden mengonsumsi makanan manis satu sampai enam kali per pekan. Pada anak-anak; 59,6 persen usia tiga sampai empat tahun mengonsumsi makanan manis lebih dari satu kali sehari; dan 68,5 persen mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari.
"Konsumsi gula yang berlebihan ini tentu saja menambah besar risiko penyakit diabetes," ujar Prof Ujang saat ditemui dalam diskusi media bertajuk “Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan dan Gaya Hidup yang Tepat”, di Jakarta, Rabu (8/3/2023).
Dia mengatakan, perlu tindakan preventif yang sangat serius dan tegas dalam membatasi kandungan gula dalam produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran. Pakar perilaku konsumen dari IPB ini menyebutkan, gula terburuk terdapat pada makanan olahan, minuman untuk olahraga, makanan penutup, dan jus buah.
Anak yang dibebaskan untuk mengonsumsi makanan atau minuman tinggi gula setiap hari dapat berdampak pada asupan kalori dan zat gizi secara berlebihan. Hal ini lantaran camilan yang disukai anak pada umumnya tinggi gula dan garam, namun rendah protein dan vitamin.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyarankan batas asupan gula per hari sekitar 50 gram atau empat sendok makan untuk orang dewasa sehat. Asosiasi Ahli Jantung Amerika Serikat (AHA) menyebut, batas maksimal konsumsi gula untuk anak usia dua hingga 18 tahun kurang dari 24 gram per hari.
Yang perlu dilakukan orang tua
Ada banyak yang dapat dilakukan orang tua agar konsumsi makanan anak lebih sehat. Beberapa di antaranya yakni biasakan membaca label pangan sebelum mengonsumsi sebuah produk dan menyediakan makanan dan camilan yang bergizi di rumah (yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin secara seimbang).
Apabila ingin menyediakan camilan kemasan, cermati komposisi bahan. Pastikan anak tidak mengonsumsi gula berlebih. Di sisi lain, anak butuh konsumsi air putih yang cukup sesuai kebutuhan hidrasi harian. Kebutuhan hidrasi pada anak bervariasi sesuai dengan usianya sedangkan untuk usia dewasa sekitar delapan gelas perhari.
Untuk anak dengan status gizi lebih atau obesitas, berikan camilan berupa buah potong, bukan jus buah. Hindari kebiasaan minum minuman manis seperti teh manis, minuman berperisa, jus buah yang ditambah gula, dan minuman bersoda. Ganti kebiasaan konsumsi minuman manis dengan air putih.
Selain itu, usahakan agar anak melakukan aktivitas fisik selama 60 menit sehari. Bagi menjadi beberapa sesi (bisa 10 atau 15 menit) atau sekaligus. Aktivitas fisik yang dimaksud bisa dilakukan lewat permainan fisik atau olahraga yang disukai anak.
Menurut Prof Ujang, gaya hidup adalah salah satu faktor penentu kesehatan konsumen. "Gaya hidup tidak sehat seperti kurang olah raga, kurang tidur dan istirahat, serta pola makan yang tidak seseuai anjuran menu seimbang dapat menyebabkan derajat kesehatan dan kebugaran yang menurun," ujarnya.