REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sholat Istikharah adalah sholat dua rakaat di luar dari sholat wajib. Sebagian ulama menjabarkan tentang ayat khusus dalam Alquran yang dianjurkan untuk dibaca dalam sholat istikharah. Ada tiga pendapat mengenai hal ini.
Pertama, dianjurkan membaca Surat Al Kafirun setelah Surat Al Fatihah pada rakaat pertama. Lalu pada rakaat kedua, setelah Al Fatihah membaca Surat Al Ikhlas. Pendapat ini dipegang oleh ulama madzhab Hanafi, Syafi'i dan Maliki.
Kedua, generasi salaf dahulu membaca ayat-ayat berikut ini dalam sholat istikharah:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ*وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ*وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولَىٰ وَالْآخِرَةِ ۖ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
(Surat Al Qasas ayat 68-70) Ayat ini dibaca pada rakaat pertama setelah Al Fatihah tentunya.
Pada rakaat keduanya membaca Surat Al Ahzab ayat 36:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا
Ketiga, ulama dari madzhab Hanbali dan sejumlah ulama lainnya berpendapat tidak ada ayat Alquran tertentu yang dibaca dalam sholat istikharah.
Adapun doa yang dibaca usai melaksanakan sholat istikharah, sebagaimana tuntunan Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Bukhari dari Jabir RA, sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي
Latin:
Allaahumma innii astakhiiru bi'ilmika wa astaqdiru bi qudrotika as'aluka min fadhlikal azhiim fainnaka aqdiru wa ta'lamu wa laa a'lamu wa anta 'allaamul ghuyuub. Allaahumma in kunta ta'lamu anna hadzal amra khoirun lii fii diini wa ma'aasyi wa 'aaqibati amri faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarik lii fiihi wa in kunta ta'lamu anna haadzl amra syarrun lii fii diini wa ma'aasyi wa 'aaqibati amri fashrifhu 'anni washrifnii 'anhu waqdur liyal khoiro haitsu kaana tsumma ardhini bihi innaka 'alaa kulli syai'in qodiir.
Terjemahan:
"Ya Allah, aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu dengan Kemahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu kebaikan dari karunia-Mu yang agung. Engkau Maha Kuasa dan aku tidak kuasa. Engkau Maha Mengetahui, dan aku tidak mengetahui. Hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, jika menurut Engkau perkara ini lebih baik bagiku dalam perkara agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akhiratku, maka takdirkanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah untukku.
Tetapi jika menurut Engkau urusan ini berdampak buruk bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akhiratku, maka jauhkanlah urusan itu dariku dan jauhkan dariku urusan tersebut. Takdirkan kepadaku kebaikan di manapun berada. Kemudian buatlah aku ridha atas takdir-Mu. Engkau Mahaberkuasa atas segala sesuatu."
Jabir (perawi) berkata, "Kemudian orang-orang menyampaikan perkara mereka." (HR Bukhari dari Jabir RA)
Hendaknya, mengawali dan mengakhiri doa dengan kalimat pujian kepada Allah SWT (Alhamdulillah) dan shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Juga menjaga adab dalam berdoa, yaitu menghadap kiblat dan mengangkat tangan.
Sumber: