Jumat 17 Mar 2023 00:05 WIB

Cina Sambut Keinginan Honduras Bangun Hubungan Resmi

Saat ini Honduras merupakan satu dari 14 sekutu diplomatik Taiwan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin. Pemerintah Cina menyambut keinginan Honduras untuk membangun hubungan resmi dengannya
Foto: AP Photo/Liu Zheng
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin. Pemerintah Cina menyambut keinginan Honduras untuk membangun hubungan resmi dengannya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina menyambut keinginan Honduras untuk membangun hubungan resmi dengannya. Saat ini Honduras merupakan satu dari 14 sekutu diplomatik Taiwan, wilayah yang diklaim Cina sebagai bagian dari teritorialnya.

“Kami menyambut baik pernyataan dari pihak Honduras (soal pembangunan hubungan diplomatik resmi),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina Wang Wenbin dalam pengarahan pers, Rabu (15/3/2023), dikutip laman resmi Kemlu Cina.

Baca Juga

Wang mengungkapkan, sebanyak 181 negara telah menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing atas dasar prinsip “Satu Cina”. Menurutnya hal itu menunjukkan bahwa membuka relasi resmi dengan Cina merupakan pilihan tepat yang sesuai dengan kecenderungan sejarah dan zaman.

“Cina siap untuk menumbuhkan hubungan persahabatan dan kerja sama dengan semua negara, termasuk Honduras, atas dasar prinsip satu Cina,” ujar Wang.

Pada Selasa (14/3/2023) lalu, Presiden Honduras Xiomara Castro mengatakan, dia telah memerintahkan menteri luar negeri negaranya untuk membuka hubungan resmi dengan Cina. Selama masa kampanye pemilihan presiden, Castro memang sudah menyampaikan bahwa dia ingin mengakhiri hubungan dengan Taiwan, dan membuka pintu relasi diplomatik dengan Beijing.

“Kita harus melihat hal-hal dengan sangat pragmatis dan mencari manfaat terbaik bagi rakyat Honduras,” kata Menteri Luar Negeri Honduras Eduardo Reina saat berbicara kepada stasiun televisi lokal pada Selasa lalu.

Jika Honduras memalingkan dirinya kepada Cina, sekutu diplomatik Taiwan hanya tersisa 13. Mereka adalah Belize, Swatini (sebelumnya dikenal sebagai Swaziland), Guatemala, Haiti, Takhta Suci Vatikan, Kepulauan Marshall, Nauru, Palau, Paraguay, Saint Kitts and Nevis, Saint Vincent and the Grenadines, dan Tuvalu.

Cina diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik Cina. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi.

Cina telah berulang kali mengerahkan kapal perang dan jet tempurnya ke wilayah Taiwan. Mereka kerap melewati garis tengah Selat Taiwan sepanjang 160 kilometer yang membagi kedua sisinya. Pada akhir Desember lalu, Cina mencatatkan rekor dengan mengerahkan 71 pesawat dan tujuh kapal ke Taiwan atau merupakan skala terbesar sepanjang 2022.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement