REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ada sejumlah kuliner yang biasanya muncul dalam tradisi Megengan di masyarakat Jawa. Tradisi ini sendiri diketahui sebagai salah satu cara umat Muslim untuk menyambut Ramadhan.
Danan Tricahyono dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Tradisi Meganan dan Muatan Pendidikan Nilai sebagai Enrichment dalam Pembelajaran Sejarah di Kabupaten Trenggalek menjelaskan, ada sejumlah makanan yang diwajibkan ada.
Berdasarkan pengamatan Republika di Masjid Al-Fatih wilayah Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur (Jatim), takmir terlihat menyediakan nasi tumpeng beserta lauk-pauknya. Kemudian juga terlihat apem, buah, dan kuliner tradisional lainnya.
Danan dalam penelitiannya menyebutkan, tradisi Megengan memang menyediakan sejumlah kuliner khasnya. Beberapa di antaranya seperti nasi, apem, serundeng (parutan kelapa yang digoreng bersama gula merah), kacang (kacang cina atau kedelai), lauk-pauk (tempe, tahu, telur), dan ayam yang digoreng atau dimasak dengan bumbu kuning (lodho).
Tak jarang ada pula yang menyiapkan jenang sepuh, jenang sengkala, dan metri. Fauzi Himma Shufya dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Makna Simbolik dalam Budaya 'Megengan' Sebagai Tradisi Penyambutan Bulan Ramadhan (Studi tentang Desa Kepet, Kecamatan Dagangan) mengatakan, kue apem termasuk makanan tradisional yang masih bertahan hingga kini.
Kuliner ini juga sering digunakan pada acara sakral masyarakat khususnya masyarakat Jawa. Hal ini terutama dalam acara doa atau tahlilan di masyarakat.
Khusus di acara Megengan, apem dinilai sebagai simbol permohonan maaf seseorang. Sebagaimana diketahui, Ramadhan termasuk bulan yang suci dan penuh ampunan bagi umat Muslim. “Sehingga masyarakat menilai tradisi Megengan dijadikan sebagai bersih diri dari dosa,” kata dia.