REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pemerintahan, Niki Maradona menerangkan, menolak digitalisasi berarti menolak adanya kemajuan. Pasalnya, digitalisasi bertujuan mempermudah pekerjaan manusia, terlepas munculnya tantangan baru dari adanya transformasi digital.
"Tugas kita dengan adanya tantangan-tantangan baru yang muncul ini adalah dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi," ucap Niki di hadapan ribuan peserta yang mengikuti secara offline dan Zoom di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pekan kemarin.
Menurut dia, penerapan digitalisasi bisa semakin mempermudah pekerjaan dan meningkatkan produktivitas aparatur sipil negara (ASN). Dengan begitu, ke depannya hal tersebut diharapkan dapat memperbaiki pelayanan publik di masyarakat.
"Dengan adanya transformasi digital, keterhubungan pelayanan publik menjadi semakin cepat, keinginan masyarakat akan kecepatan layanan dan akurasi akan meningkat," jelas Niki.
Dalam sambutannya, Niki menyampaikan, kolaborasi antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Kementerian Dalam Negeri (BPSDM Kemendagri) bertujuan meningkatkan literasi digital di kalangan ASN Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY.
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kemendagri, Agus Irawan menyampaikan, Indonesia Emas 2045 merupakan visi pemerintah Indonesia untuk
membangun negara maju berbekal sumber daya manusia (SDM) unggul. Salah satu SDM unggul adalah ASN yang diharapkan dinamis dalam menghadapi perkembangan teknologi.
"Pertumbuhan pengguna internet menunjukkan manfaat internet bagi kehidupan, tetapi adanya hoaks membuktikan bahwa perkembangan tersebut kurang sehat. Literasi digital diharapkan dapat menjadi solusi untuk menangkal hal tersebut," ucap Agus.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) DIY, Hari Edi Tri Wahyu Nugroho, mengapresiasi digelarnya kegiatan literasi digital yang mengangkat isu aktual mengenai
transformasi digital dan netralitas ASN. "Harapan saya semoga kegiatannya dapat mewujudkan outcome yang baik, tidak hanya sekadar output," jelas Hari.
Dia menjelaskan, menjelang tahun demokrasi, para ASN perlu menyadari, ada jejak
dunia maya yang daya ingatnya jauh lebih tajam dari dunia nyata. Maka, kata Hari, penting untuk memahami betapa masifnya konsekuensi dari jejak digital, baik secara personal maupun profesional.