Jumat 24 Mar 2023 14:25 WIB

Bos Citigroup Pastikan Sistem Perbankan AS Sehat Seusai SVB dan Signature Bank Ambruk 

Fraser menegaskan apa yang terjadi di perbankan AS bukanlah krisis kredit.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Nasabah Citigroup bertransaksi dengan kartu Visa. CEO Citigroup Jane Fraser menyatakan sistem perbankan AS cukup sehat meski diterpa badai krisis.
Foto: AP Photo/Rogelio V. Solis
Nasabah Citigroup bertransaksi dengan kartu Visa. CEO Citigroup Jane Fraser menyatakan sistem perbankan AS cukup sehat meski diterpa badai krisis.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- CEO Citigroup Jane Fraser menyatakan, serangkaian penutupan bank-bank di Amerika Serikat (AS) sempat mengguncang investor dan memicu gejolak di pasar keuangan global. Meski demikian, Fraser memastikan sistem perbankan AS cukup sehat.

"Bank-bank besar dan regional dikapitalisasi dengan baik," kata Fraser kepada Economic Club of Washington DC dikutip Reuters, Rabu (22/3/2023).

Baca Juga

Fraser menegaskan, apa yang terjadi di perbankan AS bukanlah krisis kredit. Menurut Fraser, yang terjadi melainkan sejumlah bank memiliki beberapa masalah dan otoritas telah mencoba menghentikannya sejak awal.

Dalam dua minggu terakhir, dua bank AS runtuh, yaitu Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank. Sementara, Credit Suisse Group diambil alih oleh UBS Group. Di sisi lain, pemberi pinjaman terbesar AS setuju untuk menyetor 30 miliar dolar AS di First Republic Bank (FRC).

Citi, bank pemberi pinjaman terbesar keempat di AS, adalah salah satu dari 11 bank besar yang memberikan bantuan kepada First Republic minggu lalu dalam upaya mengulur waktu untuk restrukturisasi.

Meskipun Citi tidak tertarik untuk membeli First Republic, kata Fraser, Citi memberikan kontribusi sebesar 5 miliar dolar AS kepada pemberi pinjaman sebagai tanda kepercayaan. Citi mengharapkan pembayaran kembali.

Langkah untuk menopang First Republic adalah bentuk persatuan yang belum pernah terjadi sebelumnya di antara raksasa perbankan. Pasalnya, selama ini persaingan di antara mereka cukup ketat. 

"Tapi, dalam hal ini, ini adalah saat kami berada dalam posisi yang kuat, kami ingin menghentikan apa yang bisa menjadi masalah," kata Fraser.

Upaya penyelamatan gagal menghentikan penurunan 15 persen saham First Republic pada Rabu lalu. Di sisi lain, pengambilalihan Credit Suisse oleh saingannya UBS pada Ahad lalu tidak mengejutkan. 

"Saya pikir tidak ada yang terkejut Credit Suisse akhirnya berakhir dengan kondisi seperti itu. Credit Suisse sudah lama menjadi institusi yang bermasalah," kata Fraser.

Departemen Keuangan, Federal Reserve, dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) menerapkan pengecualian risiko sistemik yang memungkinkan mereka menjamin miliaran dolar AS uang pelanggan yang tidak diasuransikan.

"Sangat penting untuk melindungi deposan. Sistem perbankan di mana pun di seluruh dunia bergantung pada kepercayaan dan kepercayaan itu harus pada keamanan simpanan," ujar Fraser.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement