KURUSETRA -- Salam Sedulur... Gonjang ganjing thrifting alias pakaian bekas berimbas kepada para pedagang. Pasar Senen yang dikenal sebagai surganya pecinta thrifting di Jakarta sudah sejak dulu menjadi alternatig bagi pecinta fashion yang berburu pakaian branded dengan harga murah.
Pasar Senen yang merupakan saudara kembar Pasar Tanah Abang memiliki sejarah panjang. Kedua pasar ini dibangun pertama kali oleh Justinus Pink, seorang petinggi Hindia Belanda pada abad ke-18.
BACA JUGA: Soal Rendang Babi, Gus Dur Pernah Diledek Pendeta Mengapa Haram Makan Babi, Pendeta Dilarang Nikah
.
Kramat-Pasar Senen pada 1935 di mana saat ini berdiri Atrium Senen, dulunya terdapat Apotik Rathkamp yang setelah kemerdekaan menjadi Kimia Farma. Di era itu daerah ini disebut Gang Kenanga dan terdapat toko sepeda terkenal, Tjong & Co.
Sepeda ketika itu adalah kendaraan yang paling banyak digunakan masyarakat mulai dari murid sekolah, pegawai, hingga pedagang. Sepeda yang terkenal kala itu bermerek Humber, Raleigh, Royal & Fill, Fongers dan Hercules.
BACA JUGA: Link Download GB WA (GB WhatsApp) Update 2023 dan Cara Instal ke Smartphone
Pada masa kolonial dan awal kemerdekaan, memiliki sepeda harus memakai peneng —semacam pajak seperti STNK untuk mobil. Naik sepeda pada malam hari harus memakai lampu. Mula-mula lampu minyak, kemudian menggunakan berco yang ditempelkan pada ban depan saat berjalan. Tanpa peneng dan lampu, sepeda akan ditahan polisi untuk kemudian di proses ke landracht (pengadilan) — istilah sekarang ditilang.
Ketika itu, meskipun ada polisi yang ceker ayam alias telanjang kaki, mereka sangat ditakuti. Denda pelanggarannya bisa mencapai lima gulden, setara dengan gaji golongan menengah ke bawah. Tidak ada polisi yang mau menerima ‘uang rokok’ alias makan sogokan. Mereka yang melakukan pelanggaran berat bisa dipenjara selama sebulan.
BACA JUGA: Gara-Gara Dituding Wahabi, Pak AR Dipaksa Pimpin Pengajian, Malah Mengajar Yasinan Cara Muhammadiyah
Kala itu, bioskop Grand — kemudian Kramat Theater — masih bernama Rex Theater. Di depannya terdapat trem yang menghubungkan Meester Cornelis (Jatinegara) dengan Pasar Ikan lewat Senen, Pasar Baru, Sawah Besar dan Glodok. Pada masa kolonial, keturunan Arab dan Tionghoa harus naik trem di kelas dua, dan Belanda di kelas satu. Sedangkan pribumi di kelas tiga.
Ada juga trem dari Jatinegara ke Gunung Sahari dan Ancol. Sampai tahun 1950-an hampir tidak ada sopir yang berani melewati Ancol pada malam hari. Karena di sekitar jembatan Ancol (kini tempat masuk ke Taman Impian Jaya Ancol) masih berupa hutan belukar penuh monyet yang sering berhamburan keluar. Ditambah adanya isu si Manis dari jembatan Ancol yang sering muncul mengganggu para sopir yang lewat di malam hari.
BACA JUGA: Link Download Versi Terbaru 2023 GB WhatsApp (GB WA) dan Cara Instal di HP, Nikmati 11 Fitur Menarik
.
BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> GB WhatsApp (GB WA) Versi Januari 2023 Anti-banned, Gratis Download di Sini
> Walau Cucu Pendiri NU, Gus Dur Sebenarnya Warga Muhammadiyah
> Y2Mate: Download MP3/Lagu Gratis dari YouTube, Aman, Mudah, Cepat tanpa Buang Waktu
> Jangan Terlalu Sibuk Mengejar Dunia, Gunung-Gunung di Mekkah Arab Saudi Sudah Menghijau
> YTMP3 Converter: Download MP3/Lagu dari YouTube, Gampang dan Gratis Pakai HP Juga Bisa
> Download Minecraft PE 1.19.11 Gratis Versi Terbaru di Sini: Banyak Update Fitur
> MP3 Juice: Download MP3/Lagu Gratis dari YouTube, Cepat tanpa Tunggu Lama
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.