REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Cepat Indonesia (KCI) atau KAI Commuter menjelaskan, pada tahun ini membutuhkan 10 rangkaian kereta rel listrik (KRL) untuk menambah kapasitas. Rangkaian kereta sebelumnya akan dipensiunkan sehingga muncul opsi impor kereta bekas dari Jepang karena kebutuhan yang mendesak.
Meskipun begitu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo mengungkapkan bukan berarti 10 kereta tersebut saat ini sudah tidak digunakan. "Oh, belum (dipensiunkan). Masih (beroperasi)," kata Didiek saat ditemui usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin (27/3/2023).
Selain kereta yang akan dipensiunkan tahun ini, Didiek menegaskan, pada 2024 juga akan ada 19 trainset KRL yang tidak bisa digunakan lagi. Untuk itu, saat ini KAI tengah membahas rencana untuk ekspor rangkaian kereta bekas dari Jepang karena kebutuhan mendesak.
Berdasarkan hasil rapat dengan Kemenko Marves pada 6 Maret 2023, Didiek mengatakan proses impor KRL bekas dalam tahap review atau kajian. Proses tersebut dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Direktur Utama KCI atau KAI Commuter, Suryawan Putra Hia mengatakan, saat ini operasional KRL membutuhkan kapasitas tambahan. Dia memastikan, impor KRL bekas menjadi salah satu upaya yang dilakukan selain juga memesan dari PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka.
Suryawan mengatakan, Inka baru bisa memasok kebutuhan rangkaian KRL pada 2026. Sementara untuk memenuhi kebutuhan kapasitas pada 2023 dan 2024, KCI melakukan sejumlah diskusi bersama stakeholders terkait mengenai impor KRL bekas untuk kebutuhan mendesak.
Suryawan menjelaskan, kebutuhan pada 2023 dan 2024 untuk mengganti sejumlah rangkaian KRL existing. Suryawan mengungkapkan terdapat rangkaian KRL pada 2023 dan 2024 secara teknologi sudah berubah.
"Usia sarananya pada 2023 dan 2024 mencapai 40 tahun ke atas sehingga ada beberapa yang sudah tidak berjalan," ucap Suryawan.