Selasa 28 Mar 2023 06:25 WIB

Produsen Otomotif Dinilai Perlu Dilibatkan dalam Efisiensi BBM

Keterlibatan produsen otomotif akan mendukung mewujudkan penghapusan BBM subsidi.

Petugas melayani pengisian BBM jenis Pertalite di Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas melayani pengisian BBM jenis Pertalite di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Institute for Energy Economics and Financial Anlysis (IEEFA) Putra Adhiguna berpendapat produsen otomotif perlu dilibatkan dalam upaya mengefisiensikan pemanfaatan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. "Karena saya selalu memperhatikan di Indonesia ini ketika berbicara tentang konsumsi BBM, produsen otomotif itu kayak hanya berdiri di samping," kata Putra dalam diskusi virtual Indef yang dipantau di Jakarta, Senin (27/3/2023).

Menurut Putra, perlu adanya keterlibatan dari seluruh instrumen perubahan untuk mewujudkan penghapusan subsidi BBM, termasuk dari sisi produsen kendaraan. Dalam hal ini, keterlibatan produsen otomotif juga perlu didukung oleh penerapan standar fuel economy seperti yang telah diterapkan di banyak negara.

Baca Juga

Fuel economy adalah standar pengukuran penggunaan bahan bakar. Fuel economy berperan dalam menetapkan standar bagi produsen otomotif untuk memenuhi penggunaan BBM yang efisien pada kendaraan hasil produksi mereka.

Misalnya, produsen otomotif harus memenuhi tingkat liter/kilometer tertentu pada tiap kendaraan hasil produksi mereka. Standar ini kemudian perlu ditingkatkan seiring dengan berjalannya waktu.

Dengan penerapan fuel economy, produsen otomotif dapat turut andil meningkatkan efisiensi penggunaan BBM di Indonesia. Pasalnya, ketidakhadiran standar fuel economy membuat kendaraan ringan di Indonesia lebih boros dalam hal penggunaan BBM.

Bila dibandingkan dengan India, penggunaan BBM kendaraan ringan di Indonesia lebih boros sekitar 30 persen sampai 40 persen. Putra mengamini implementasi standar tersebut bukan hal yang mudah untuk diterapkan. 

Namun, dia menilai upaya efisiensi penggunaan BBM di Indonesia perlu memikirkan perkembangan pasar otomotif di Indonesia dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Putra berharap keterlibatan produsen otomotif dalam upaya efisiensi BBM dapat dipertimbangkan secara serius oleh otoritas terkait.

"Kalau produsen otomotif kita coba dorong supaya membuat kendaraan mereka secara penggunaan BBM lebih efisien, harapannya [efisiensi BBM] Indonesia bisa bergeser," ujar Putra.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement