REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Industri Kereta Api (Persero) saat ini sudah menyepakati produksi kereta rel listrik (KRL) untuk memasok kebutuhan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) pada 2025-2026. Direktur Utama Inka Eko Purwanto menjelaskan dalam produksinya, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) produksi KRL baru berkisar 45 hingga 50 persen.
"TKDN 45 persen bisa sampai lah. Sampai 50 persen insya Allah bisa karena badan kereta kita kerjakan sendiri," kata Eko saat ditemui usar rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin (28/3/2023).
Dia menuturkan, Indonesia sudah mampu memproduksi sebagian komponen mekanis untuk KRL. Meskipun begitu, Eko mengakui ada beberapa komponen yang masih perlu diimpor.
Komponen tersebut yaity sistem propulsi, pengereman, wheelset, hingga perangkat lunak. "Kalau mekanik memang sudah bisa produksi di dalam negeri. Yang masih banyak butuh impor itu untuk komponen elektrik dan software," jelas Eko.
Sebelumnya, Inka dan KCI sepakat melakukan pengadaan KRL sebanyak 16 trainset yang akan dipenuhi pada 2025-2026. Nilai kontrak pengadaan KRL tersebut mencapai Rp 3,8 triliun.
Eko memastikan Inka sudah memfinalisasi desain KRL yang dipesan KCI. Keduanya juga sudah menyepakati terkait teknologi dan komponen yang diperlukan untuk produksinya.
Di luar pesanan KRL tersebut, Inka juga menyiapkan kajian untuk melakukan retrofit terhadap Kereta Rel Listrik (KRL) yang dioperasikan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Retrofit merupakan modifikasi teknologi untuk KRL.
"Untuk melakukan retrofit menurut perhitungan kami membutuhkan waktu 16 bulan dan bisa menambah usia penggunaan di atas 10 tahun," ucap Eko.