Rabu 29 Mar 2023 18:02 WIB

Jangan Manis Melulu, Ini Menu yang Pas untuk Berbuka Puasa

Memilih asupan makanan bagi penyandang diabetes (diabetesi) bukan perkara mudah.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Jangan sandingkan makanan manis dan minuman manis juga gorengan saat berbuka/ilustrasi.
Foto: Antara/Makna Zaezar
Jangan sandingkan makanan manis dan minuman manis juga gorengan saat berbuka/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Bulan puasa sangat identik dengan aneka gorengan, makanan manis, dan minuman manis. Namun, memilih asupan makanan saat puasa bagi penyandang diabetes (diabetesi) bukan perkara mudah karena diabetesi harus mengatur asupan yang masuk agar kadar gula darah tetap normal.

Ahli gizi, Dr Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, menjelaskan tentu saja minuman manis, makanan manis serta goreng-gorengan tidak boleh berada pada satu kali waktu makan karena dua-duanya akan menjadi sulit diolah oleh tubuh ketika masuk secara bersamaan. Maka sebaiknya yang perlu dilakukan adalah menentukan makanan, minuman yang akan disajikan ketika berbuka puasa dengan pilihan. "Apakah hari ini akan memilih yang manis, atau besok memilih yang gorengan," ujarnya dalam Kuliah WhatsApp Diabetasol seputar "Godaan Saat Puasa Kadang Naik Kadang Turun, tapi Gula Darah Harus Tetap Stabil", Rabu (29/3/2023).

Baca Juga

Menurut Rita, kalau ingin mengonsumsi gorengan itu bisa dipindahkan untuk waktu makan utama tidak untuk makanan berbuka.

Rita menambahkan perlu dipahami untuk berbuka puasa itu hanya ada dua tujuan. Pertama untuk melakukan hidrasi tubuh tumbuh. Jadi memang cairan menjadi hal penting untuk disajikan. "Nah cairan ini boleh air putih, boleh yang manis," tambahnya.

Jika dipilih cairan yang manis, lanjut Rita, dipahami betul bahwa gula yang terdapat didalamnya maksimal hanya tujuh persen dari jumlah cairan. Misalnya air 200 cc, maka gula yang boleh masuk sana hanya satu sendok makan datar, itu sekitar 13 gram. "Tidak boleh lebih dari itu, karena kalau lebih dari itu akan meningkatkan produksi insulin," tambahnya.

Pada akhirnya produksi insulin akan menurunkan secara cepat kadar glukosa dalam darah, dan akan menimbulkan Gejala kelelahan, mengantuk, bahkan rasa lapar yang sangat setelahnya yang tidak wajar. ''Maka takar betul gula yang akan ditambahkan dalam minuman manis," tambah Rita.

Jika kemudian minuman manis itu didapatkan dari membeli yang tidak bisa ditakar gulanya, menurut Rita maka yang perlu dilakukan adalah hanya mengonsumsi subtansi bahan utamanya. Misalnya kolak, konsumsi pisang dan ubinya, cairannya tidak perlu dihabiskan. Termasuk ketika mengonsumsi SOP buah, makan buahnya, tapi cairannya tidak perlu dihabiskan. "Itu salah satu tips supaya gula tidak terlalu banyak masuk ke dalam tubuh," ujar Rita.

Rita kembali mengingatkan makanan manis jangan pernah disandingkan dengan minuman manis, kalaulah sudah mengonsumsi minuman manis, maka sesudahnya itu kita boleh ambil camilan gorengan untuk jumlah yang terbatas, misalnya satu potong saja. Setelah itu dilain hal kita ingin makanan manis, maka minumannya cukup air putih saja. Makanan manis dan goreng-gorengan bisa ditunda saat makan utama.

"Sebenarnya tips ini sangat ditentukan keberhasilannya dengan cara mengubah persepsi dulu. Mari kita sama-sama berpersepsi konsumsi makanan manis saat buka puasa berfungsi untuk menormalkan glukosa darah, bukan untuk berlebih-lebihan, karena jika makanannya manis-manis, itu akan terjadi kelebihan gula yang kemudian berdampak pada kadar glukosa tersebut," lanjutnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement