Jumat 31 Mar 2023 12:08 WIB

Rusia Tangkap Jurnalis Wall Street Journal Atas Tuduhan Spionase

Pertama kalinya sejak perang dingin, Rusia tangkap jurnalis AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Dinas keamanan Rusia menangkap seorang reporter The Wall Street Journal atas tuduhan spionase. Ini pertama kalinya seorang koresponden Amerika Serikat (AS) ditahan atas tuduhan mata-mata sejak Perang Dingin.
Foto: phys.org
Dinas keamanan Rusia menangkap seorang reporter The Wall Street Journal atas tuduhan spionase. Ini pertama kalinya seorang koresponden Amerika Serikat (AS) ditahan atas tuduhan mata-mata sejak Perang Dingin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Dinas keamanan Rusia menangkap seorang reporter The Wall Street Journal atas tuduhan spionase. Ini pertama kalinya seorang koresponden Amerika Serikat (AS) ditahan atas tuduhan mata-mata sejak Perang Dingin.  

Evan Gershkovich (31 tahun) ditahan di Kota Yekaterinburg yang terletak sekitar 1.670 kilometer (1.035 mil) di timur Moskow. Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menuduhnya berusaha mendapatkan informasi rahasia.

"Gershkovich bertindak atas instruksi dari pihak Amerika untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan salah satu perusahaan di kompleks industri militer Rusia yang merupakan rahasia negara," demikian pernyataan FSB.

The Wall Street Journal menyangkal tuduhan FSB dan meminta pembebasan Gershkovich. "Kami berdiri dalam solidaritas dengan Evan dan keluarganya," demikian pernyataan The Wall Street Journal.

Penangkapan itu terjadi pada saat ketegangan sengit antara Barat dan Moskow meningkat atas invasinya di Ukraina. Kremlin mengintensifkan tindakan keras terhadap aktivis oposisi, jurnalis independen, dan kelompok masyarakat sipil.

Kampanye represi besar-besaran belum pernah terjadi sebelumnya sejak era Soviet. Aktivis mengatakan, profesi jurnalisme sering dikriminalisasi, bersama dengan aktivitas orang biasa Rusia yang menentang perang.

Gershkovich adalah reporter Amerika pertama yang ditangkap atas tuduhan spionase di Rusia sejak September 1986. Sebelumnya, Nicholas Daniloff, koresponden Moskow untuk US News and World Report, ditangkap oleh KGB. Daniloff dibebaskan tanpa dakwaan 20 hari kemudian sebagai pertukaran dengan karyawan misi Perserikatan Bangsa-Bangsa Uni Soviet yang ditangkap oleh FBI atas tuduhan mata-mata.

Dalam sidang pada Kamis (30/3/2023), pengadilan Moskow dengan cepat memutuskan bahwa Gershkovich akan ditahan di balik jeruji sambil menunggu penyelidikan. Seorang pejabat tinggi Rusia mengatakan, masih terlalu dini untuk membicarakan kesepakatan pertukaran tahanan.

Di Washington, pemerintahan Presiden Joe Biden telah berbicara dengan The Wall Street Journal dan keluarga Gershkovich.  Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, mengutuk penangkapan itu. Dia mendesak warga Amerika untuk menjalani peringatan pemerintah agar tidak melakukan perjalanan ke Rusia.

"Departemen Luar Negeri berkomunikasi langsung dengan Pemerintah Rusia dan berupaya agar bisa mendapatkan akses ke Gershkovich. Pemerintah tidak memiliki indikasi khusus bahwa jurnalis di Rusia menjadi sasaran," kata Jean-Pierre.

Gershkovich bertugas untuk meliput di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Soviet lainnya sebagai koresponden di kantor biro Wall Street Journal Moskow. Dia dapat menghadapi hukuman 20 tahun penjara jika terbukti melakukan spionase.  Pengacara terkemuka mencatat bahwa, penyelidikan kasus spionase sebelumnya memakan waktu satu tahun hingga 18 bulan. Sepanjang penyelidikan dia mungkin hanya memiliki sedikit kontak dengan dunia luar.

FSB mencatat bahwa Gershkovich memiliki akreditasi dari Kementerian Luar Negeri Rusia untuk bekerja sebagai jurnalis. Tetapi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova menuduh Gershkovich menggunakan surat kepercayaannya sebagai kedok untuk aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan jurnalisme.

"Ini bukan tentang kecurigaan, ini tentang fakta bahwa dia tertangkap basah," ujar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan.

Gershkovich fasih berbahasa Rusia dan sebelumnya pernah bekerja untuk kantor berita Prancis, Agence France-Presse, dan The New York Times. Dia adalah lulusan jurusan Filaafar di Bowdoin College di Maine pada 2014. Dia bekerja sama dengan surat kabar lokal dan memperjuangkan kebebasan pers.

Laporan terakhir Gershkovich dari Moskow diterbitkan awal pekan ini. Laporan itu berfokus pada perlambatan ekonomi Rusia di tengah sanksi Barat yang diberlakukan setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina tahun lalu.

Ivan Pavlov, seorang pengacara terkemuka Rusia yang telah menangani banyak kasus spionase dan pengkhianatan, mengatakan, kasus Gershkovich adalah tuduhan spionase kriminal pertama terhadap jurnalis asing di Rusia pasca-Soviet.  “Aturan tidak tertulis untuk tidak menyentuh jurnalis asing yang terakreditasi, telah berhenti bekerja,” kata Pavlov.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement