Jumat 31 Mar 2023 12:49 WIB

Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Setuju Keputusan FIFA Coret Indonesia

Korban Tragedi Kanjuruhan seperti dilupakan PSSI yang hendak pesta pora olahraga.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Erik Purnama Putra
Massa suporter Aremania melakukan aksi saat mengantar keluarga korban Tragedi Kanjuruhan (ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa suporter Aremania melakukan aksi saat mengantar keluarga korban Tragedi Kanjuruhan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan menyikapi positif keputusan FIFA untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Pembatalan dapat diartikan sebagai seluruh dunia wajib mengingatkan Pemerintah Indonesia untuk lebih berempati kepada ratusan korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.

Ibu korban Shifwa Dinar Artamevia, Juariyah mengatakan, suara keluarga korban untuk meminta keadilan sudah mulai serak dan habis. Namun, perhatian dan keadilan yang diperjuangkan selama ini tak didengarkan pemerintah.

Belum lagi, putusan sidang terhadap tersangka sangat jauh memenuhi ekspektasi korban. "Ini terlihat pada putusan-putusan pengadilan yang sungguh menyakiti hati dan merusak rasa keadilan kami," kata Juariyah di Posko Tim Gabungan Aremania (TGA), Malang, Jawa Timur, Jumat (31/3/2023).

Hal senada juga diungkapkan Koordinator TGA, Dyan Berdinandri. Keputusan FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 sebaiknya disikapi pemerintah sebagai tamparan keras dari para korban dan keluarga Tragedi Kanjuruhan. Dyan menyebut, kondisi tersebut perlu dijadikan pengingat masih ada perjuangan mencari keadilan yang belum selesai di Indonesia.

Menurut Dyan, dampak tragis Tragedi Kanjuruhan dirasakan oleh korban dan keluarganya, sepertinya hendak dilupakan PSSI dan pemerintah begitu saja. Hal itu dibuktikan dengan pesta pora olahraga yang masih hendak dilanjutkan. Padahal, pihaknya sangat berharap adanya perhatian dan keseriusan pemerintah untuk menyelesaikan tragedi tersebut.

TGA meminta kembali Pemerintah Indonesia untuk lebih serius memperhatikan para korban dan keluarga yang ditinggalkan. Kemudian, juga harus mengusut penyelesaian Tragedi Kanjuruhan secara tuntas dan menghadirkan keadilan.

Dyan menilai, Tragedi Kanjuruhan semestinya sudah bukan lagi masalah sepak bola atau suporter semata. "Ini adalah tragedi kemanusiaan yang memberikan dampak buruk bagi kita semua secara umum, khususnya bagi masyarakat Malang Raya," katanya.

Di samping itu, TGA juga membuka tangan dan mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mengupayakan pengusutan dan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan dengan sebaik-baiknya. Menurut Dyan, sudah saatnya segala perbedaan pandangan dan kepentingan individu serta golongan ditanggalkan demi penyelesaian kasus yang menyita dunia internasional itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement