Jumat 31 Mar 2023 15:36 WIB

Orang Tua Belum Matang Secara Emosional Jika Punya Tanda-Tanda Ini

Ketidakmatangan emosional orang tua 'membebani' mereka dalam hal mengasuh anak.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Qommarria Rostanti
Tanda orang tua belum matang secara emosional (ilustrasi).
Foto: Foto : Mardiah
Tanda orang tua belum matang secara emosional (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi orang tua yang tidak matang secara emosional tidak hanya tak sehat untuk Anda, tetapi juga untuk anak. Seorang ahli kesehatan mental yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan seorang spesialis psikiatri, dr Rishi Gautam, berbagi semua tentang ketidakdewasaan emosional.

Dr Gautam mengatakan, ketidakdewasaan emosional adalah cara yang tidak efektif untuk menghargai keadaan emosional seseorang yang kemudian memengaruhi perilaku atau respons terhadap situasi yang biasanya membuat stres. Mereka yang memiliki struktur emosi yang belum matang cenderung bergumul dengan identifikasi yang akurat atas keadaan emosi mereka sendiri, identifikasi yang tidak akurat atas keadaan emosi orang lain, dan cenderung bereaksi dengan cara meremehkan.

Baca Juga

Hal tersebut hanya membebani hubungan mereka dan memiliki implikasi serius dalam hal mengasuh anak. Jadi, jika menginginkan hubungan sehat, fokuslah pada kematangan emosi.

Mungkin tidak mudah untuk mengetahui apakah Anda belum dewasa secara emosional. Berikut adalah beberapa tanda yang harus diperhatikan, dilansir laman Healthshots, Jumat (31/3/2023):

1. Pendekatan yang berpusat pada diri sendiri

Anda asyik memprioritaskan kebutuhan emosional Anda sendiri daripada orang lain, termasuk anak-anak Anda.

2. Kaku dan tidak fleksibel

Orang tua yang tidak dewasa secara emosional sering kali sangat kaku dan tidak fleksibel dalam kebanyakan situasi. Mereka tidak dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan kehidupan sehari-hari, kata sang ahli.

3. Toleransi frustrasi yang buruk dan reaktivitas yang meningkat

Orang dengan ketidakdewasaan emosional cenderung terlalu sensitif terhadap reaksi orang lain terhadap mereka, dan merespons dengan cara yang sebagian besar tidak membantu secara impulsif.

4. Ketakutan dan penghindaran emosi yang tidak menyenangkan

Sangat sedikit ruang untuk mengungkapkan ketidaksetujuan, kemarahan, perbedaan pendapat, kesedihan atau duka ketika datang ke orang yang tidak dewasa secara emosional. Dorongan otomatis adalah mengabaikan dengan mematikan percakapan.

5. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter melibatkan pengendalian kehidupan anak-anak mereka dengan cara yang sangat ketat dan terstruktur. Ada sangat sedikit ruang untuk menjadi kreatif atau mentoleransi perspektif yang berbeda dan mendorong efikasi diri. Pendekatan ini bisa sangat merusak bagi anak-anak.

Ada beberapa cara untuk menghindari pendekatan pengasuhan yang tidak sehat. Inilah yang harus dilakukan:

1. Identifikasi keadaan emosi Anda sendiri

Anda harus tahu bahwa tidak apa-apa untuk bersedih dan marah, juga tidak apa-apa bagi orang-orang tertentu untuk melihatnya. Proses ini membantu menormalkan emosi negatif bagi seorang anak.

2. Hindari mempersenjatai emosi

Jangan gunakan kemarahan, ejekan, dan agresi pasif sebagai alat advokasi diri. Jika Anda membutuhkan sesuatu dari anak Anda, mintalah dengan tenang tapi tegas. Ini mengajarkan mereka untuk melakukan hal yang sama ketika mereka membutuhkan sesuatu.

3. Berempati dan memvalidasi

Empati adalah latihan menghargai keadaan emosi kita saat ini dan menerimanya, tanpa tuntutan untuk segera mengoreksi atau memperbaiki sesuatu. Validasi sangat membantu dalam membuat anak-anak merasa aman di sekitar orang tua mereka.

4. Kurangi reaktivitas

Merupakan dorongan yang sangat normal untuk segera bereaksi terhadap situasi yang membuat stres. Keadaan emosional yang tinggi tidak mendorong pengambilan keputusan yang rasional. Pakar menyarankan untuk bersabar, berhenti sejenak, menilai situasi dengan tenang atau istirahat mental sebelum Anda menanggapi peristiwa yang membuat stres.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement