REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Partai Golkar terus menjajaki peluang berkoalisi. Belum lama ini Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto ikut berbuka puasa bersama Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Di situ Airlangga tampak berkomunikasi dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, Jusuf Kalla, PKS, dan Demokrat.
Sebelumnya, Airlangga juga pernah berkomunikasi dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang merupakan petinggi Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIRR). Komunikasi politik dengan pihak lain pun terus dibangun. Dialog dan komunikasi semacam ini terus terjadi karena dinamika menuju pemilu 2024 masih cair.
Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago berpendapat, Partai Golkar sejauh ini bisa tidak ada kesulitan untuk bergabung dengan koalisi manapun. Sebab Golkar adalah partai yang bisa diterima di barisan koalisi manapun.
Golkar akan berkoalisi dengan kelompok yang menguntungkannya. "Bisa dengan KIRR atau KPP. Apalagi kalau kemudian koalisi di atas bisa menampung kader Golkar sebagai Cawapres" ujar Pangi dalam keterangannya di Jakarta pada Sabtu (1/4/2023).
Wacana-wacana tersebut muncul, karena KIB tak kunjung mendeklarasikan Capres-cawapresnya. Partai dalam KIB justru memunculkan simulasi capres dan cawapres di luar kader partai yang ada dalam KIB. Padahal menurut Pangi, mencomot, mengklaim atau mengakuisi kader partai orang lain, adalah hal yang buruk dalam kaderisasi partai.
"KIB nampaknya tidak serius, buktinya pengurus partai di internal KIB malah mengendorse atau mempromosikan capres-cawapres dari luar kader KIB, bagaimana nggak aneh bin ajaib tiba tiba PAN anggota KIB mengatakan mengusung pasangan Ganjar-Erick, padahal dua nama tersebut tidak ada satupun kader KIB", papar Pangi.
Menurut Pangi, aneh jika partai berkoalisi namun mengusung atau menarik-narik, takeover kader partai orang. Dalam KIB ada Partai Golkar, PPP dan PAN namun yang diwacanakan akan diusung justru Ganjar, Erick dan Sandiaga Uno. "Ini kok hobi akuisisi kader partai orang, kenapa tak ada trust mengusung kader sendiri," kata Pangi.