REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umumnya orang yang meminta-minta, misal di jalanan, akan dianggap sebagai orang miskin. Benarkah mereka dapat dikatakan sebagai orang miskin? Siapa orang miskin sesungguhnya menurut pandangan Islam?
Dan apa definisi orang miskin berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW? Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
لَيْسَ الْمِسْكِينُ بِهَذَا الطَّوَّافِ الَّذِي يَطُوفُ عَلَى النَّاسِ فَتَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ قَالُوا فَمَا الْمِسْكِينُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ وَلَا يُفْطَنُ لَهُ فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ وَلَا يَسْأَلُ النَّاسَ شَيْئً
"Yang dinamakan orang miskin itu bukanlah orang yang berkeliling meminta-minta kepada orang banyak, lalu peminta-minta itu diberi orang sesuap dua suap, atau sebutir dua butir kurma." Para sahabat kemudian bertanya, "Kalau begitu, siapa yang dinamakan orang miskin, wahai Rasulullah?"
Beliau SAW menjawab, "Orang miskin sesungguhnya adalah orang yang tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhannya, namun keadaannya itu tidak diketahui orang lain agar bersedekah kepadanya, dan dia tidak meminta-minta ke sana-sini." (HR Muslim). Dalam riwayat Abu Hurairah RA yang lain, Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي تَرُدُّهُ التَّمْرَةُ أَوْ التَّمْرَتَانِ أَوْ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ إِنَّ الْمِسْكِينَ الْمُتَعَفِّفُ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا
"Yang disebut orang miskin itu bukan orang peminta-minta yang diberi oleh orang satu atau dua biji kurma, atau sesuap dua suap makanan. Tetapi orang miskin sesungguhnya adalah yang tahu bagaimana menjaga dirinya (dari sikap meminta-minta). Bacalah firman Allah SWT: "...mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain...(QS Al Baqarah ayat 273)." (HR Muslim)
Nabi Muhammad SAW telah memberi pesan kepada umatnya agar menjauhi perbuatan meminta-minta. Dari Hamzah bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya, Nabi SAW bersabda:
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
"Seorang peminta-minta kelak di hari kiamat dia akan datang menemui Allah dengan muka tanpa daging." (HR Muslim)
Orang yang mengemis berarti dia telah kehilangan martabatnya di dunia. Islam sangat menjaga harkat dan martabat manusia agar tidak terjebak pada sesuatu yang hina dan mempermalukan diri. Mengemis juga bertentangan dengan harkat kemanusiaan yang telah Allah SWT tetapkan bagi manusia.
Baca juga: Ottoman Bantu Irlandia Negeri Non-Muslim yang Dilanda Kelaparan dan Begini Balas Budinya
Sebab, manusia adalah makhluk yang mulia dengan perolehan rezeki yang baik. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّللْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS Al Isra ayat 70)
Nabi Muhammad SAW berpesan kepada umat Muslim untuk selalu gigih dalam menjalani kehidupan agar bisa meraih sesuatu dari hasil usahanya sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda:
ما أكل أحد طعاما قط خيرا من أن يأكل من عمل يده، وإن نبي الله داود صلى الله عليه وسلم كان يأكل من عمل يده
"Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari apa yang dia makan, yang berasal dari hasil usaha tangannya (sendiri). Dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri)." (HR Bukhari)