Selasa 04 Apr 2023 13:17 WIB

Mogok Kerja 10 Ribu Dokter di Malaysia, Ada Apa?

Mayoritas pemrotes adalah dokter kontrak yang dipekerjakan untuk jangka pendek.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Natalia Endah Hapsari
Lebih dari 10 ribu dokter Malaysia mogok dari 3-5 April 2023. Alasan pemogokan ini adalah mereka dibayar rendah, terlalu banyak bekerja, dan diperlakukan tidak setara./ilustrasi
Foto: AP/Vincent Thian
Lebih dari 10 ribu dokter Malaysia mogok dari 3-5 April 2023. Alasan pemogokan ini adalah mereka dibayar rendah, terlalu banyak bekerja, dan diperlakukan tidak setara./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Lebih dari 10 ribu dokter Malaysia mogok dari 3-5 April 2023. Alasan pemogokan ini adalah mereka dibayar rendah, terlalu banyak bekerja, dan diperlakukan tidak setara.

Diselenggarakan oleh Mogok Doktor Malaysia, gerakan ini mendesak para dokter di negara Asia Tenggara tersebut untuk mengajukan permohonan cuti darurat dan medis selama tiga hari sebagai tanda protes. Mayoritas dari mereka yang memprotes adalah dokter kontrak yang dipekerjakan untuk jangka pendek.

Baca Juga

Hal ini membuat mereka rentan kehilangan pekerjaan, menyebabkan banyak orang khawatir tentang prospek pekerjaan mereka di masa depan di bidang medis. Banyak juga yang tidak menikmati manfaat yang sama dengan pekerja penuh waktu.

Dilansir dari Mashable SE Asia, Selasa (4/4/2023), ada juga klaim diskriminasi dengan banyak dokter penuh waktu yang diperlakukan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang dipekerjakan berdasarkan kontrak.

“Untuk mendukung gerakan kami, ubah foto profil Anda menjadi hitam atau monokrom. Untuk dokter non-kontrak, silakan pergi bekerja dengan pakaian hitam,” desak gerakan itu kepada para dokter pada 2 April 2023.

The Star melaporkan bahwa gerakan tersebut bertujuan untuk “melumpuhkan sistem layanan kesehatan publik”.

“Kami berharap untuk melumpuhkan sistem perawatan kesehatan publik mulai besok dan seterusnya, dan mendorong semakin banyak petugas medis untuk mengundurkan diri dari Kementerian Kesehatan,” kata juru bicara kelompok tersebut, Dr. Jamal.

Di antara departemen yang paling menderita akibat pemindahan ini adalah unit gawat darurat (UGD), ruang persalinan, unit rawat jalan, dan klinik kesehatan. Departemen-departemen ini memiliki jumlah petugas medis kontrak terbesar.

Gerakan tersebut juga memperkirakan sekitar 3.000 petugas medis dapat mengundurkan diri. Banyak rumah sakit telah memperingatkan dokter agar tidak memprotes dengan beberapa bahkan melarang aplikasi cuti sepenuhnya.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Malaysia dalam situasi siaga penuh.

Menteri Kesehatan Dr. Zaliha Mustafa mengatakan sebagai bagian dari rencana darurat Kementerian Kesehatan  Malaysia, direktur kesehatan negara bagian dan direktur rumah sakit telah diminta untuk waspada.

“Kami akan memastikan tidak ada gangguan terhadap operasional fasilitas kesehatan kementerian, dengan layanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat,” kata Dr. Zaliha Mustafa kepada New Straits Times.

Konon, Dr. Zaliha Mustafa berempati dengan penderitaan para dokter dan mengimbau untuk bersabar dan tenang. “Saya seorang dokter dan saya mencoba yang terbaik untuk menyelesaikannya. Apakah saya tidak serius dalam menyelesaikannya jika saya membawa ini ke tingkat kabinet? Saya tidak memiliki tongkat ajaib untuk menyelesaikan masalah dalam hitungan detik. Tidak seorang pun bisa,''ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement