REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina menjelaskan kronologi penyebab ledakan yang terjadi di Kilang Dumai pada Sabtu (1/4/2023). Sumber ledakan tersebut diketahui bersumber dari kebocoran pipa gas hidrogen di area compressor gas.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Taufik Aditiyawarman, mengungkapkan, kebocoran tersebut terjadi pada pipa enam inci di kompresor 212-C-2. Akibat kebocoran tersebut, muncul percikan api yang kemudian menyebabkan ledakan hingga kebakaran.
"Kebocoran tersebut kemudian diikuti flash serta menyebabkan getaran dan dentuman keras yang dirasakan sampai radius satu kilometer dan terdampak di perumahan warga," lanjut Taufik.
Taufik melanjutkan, saat ledakan terjadi, sistem emergency shutdown di Kilang Dumai langsung berfungsi. Secara otomatis, dua kompresor pada Hydro Cracker Unit (HCU) langsung dinonaktifkan. Prosedur itu dilakukan demi memastikan aktivitas pada unit lain di Kilang Dumai itu tidak ikut terganggu.
"Kemudian, dilakukan tindakan pemadaman dan pendinginan, hingga akhirnya pada pukul 22.51 WIB api berhasil dipadamkan. Evaluasi lebih lanjut dilakukan pada 23.30 WIB dan kondisi sudah dinyatakan aman," katanya.
Taufik mengatakan, investasi masih akan dilakukan oleh tim yang terdiri dari Pertamina, Direktorat Jenderal Migas, serta Puslabfor Polri. Pihaknya juga akan melakukan uji laboratorium dari sampel material pipa untuk dilakukan evaluasi.
"Apakah nanti material seperti ini masih sesuai untuk hydrogen service tersebut atau harus dilakukan peningkatan kekuatan materialnya," kata Taufik.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dalam kesempatan yang sama menyampaikan insiden kebakaran bisa diatasi secara cepat dalam waktu sembilan menit karena seluruh kilang telah memiliki sistem penanganan high temperature hydrogen attack. Sistem itu dikembangkan setelah insiden kebakaran Kilang Cilacap dan Balongan.
"Ini sebagai salah satu bukti bahwa program kita jalankan bisa meminimalkan risiko," ujar Nicke.
Sebagai informasi, Refinery Unit II Dumai menjadi unit pengolahan minyak terbesar ketiga di Indonesia dengan total kapasitas 170 ribu barel per hari atau 16,5 persen dari total kapasitas Pertamina. Kilang tersebut memiliki luas 365,5 hektare dengan jumlah 1.177 orang.
Produksi dari Kilang Dumai mencakup 87 persen bahan bakar minyak (BBM) yang didominasi BBM Solar, dan 12 persen sisanya merupakan non-BBM seperti LPG, green coke dan LAWS, serta satu persen mencakup UCO, NBF, SF-02, Solphy.