REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Sebanyak empat narapidana kasus tindak pidana terorisme di Lapas Cilacap dan Lapas Pasir Putih, Nusakambangan, Jawa Tengah, melakukan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ikrar itu digelar bersamaan dengan kegiatan Safari Ramadhan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama narapidana terorisme di Cilacap, Jawa Tengah pada 5-6 April 2023.
Kasubdit Bina dalam Lapas BNPT, Kolonel (CZI) Roedy Widodo mengatakan, Ikrar Setia NKRI ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai di mana pemahaman ataupun ideologi dari para narapidana teroris. Dengan melakukan Ikrar Setia NKRI, ungkap Roedy, menjadi salah satu indikator bahwa narapidana terorisme bisa dikatakan kooperatif atau 'hijau', sehingga dapat dilakukan pembinaan selanjutnya.
"Dengan Ikrar NKRI diharapkan sudah levelnya sudah hijau ya. Dan ini juga sebagai salah satu syarat formal dalam administrasi untuk mendapatkan Pembebasan Bersayarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB) atau pengurangan masa tahanan," kata Roedy dalam keterangannya dari Cilacap, Kamis (6/4/2023).
Roedy berharap dengan adanya Ikrar Setia NKRI ini, dapat meningkatkan kesadaran bela negara untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta mendukung program pemerintah untuk menciptkan kesejahteraan bangsa.
Roedy mengatakan, kegiatan Safari Ramadan ini selain mempererat koordinasi dengan pihak lapas dan Densus 88 AT/Polri, kegiatan ini juga untuk membangun silaturahmi dengan para narapidana teroris, untuk menyentuh hati para narapidana teroris agar menyesali perbuatannya di bulan suci ini.
"Sila itu duduk bersama atau ngariung, rohim itu kasih sayang duduk, untuk sama-sama mengenal saling mengenal agar menambah kasih saying, dari situ nanti bisa menjadi titik balik bagi warga binaan agar mereka akan semakin soft, semakin menyadari kesalahannya," ucap Roedy Widodo di Lapas Besi, Nusakambangan.
Salah satu narapidana terorisme yang melakukan Ikrar Setia NKRI adalah RA (25). Dirinya mengaku menyesal atas perbuatan dan ideologi radikal terorisme yang pernah dianutnya. Prestasi dan pendidikan yang dimilikinya, dilepaskan begitu saja karena tidak sesuai dengan pemahamannya. RA berharap, dengan menyatakan Ikrar Setia NKRI ini, ia dapat kembali bangkit dan mengembangkan potensi yang ada di dirinya.
"Saya dulu pernah masuk ke Porda Pencak Silat, cuman saya tinggalkan karena pemahaman. Pernah juga kuliah di Universitas Padjajaran, saya tinggalkan gara-gara pemahaman juga, disekolahkan lagi ke ESQ Bisnis School dapat beasiswa di situ saya tinggalkan juga," ungkap RA, asal Pangandaran.
"Saya ingin mengembangkan potensi-posisi yang ada di desa, banyak diantarnya hilang ya gara-gara saya terjerumus kepada paham radikal, sehingga potensi dari diri saya yang tidak terkembangkan," kata RA.
Pelaksanaan Ikrar Setia NKRI diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pengucapan dan penandatanganan sumpah setia, pengucapan Pancasila, hormat dan penciuman bendera merah putih. Dalam implementasinya, narapidana terorisme harus melepaskan baiat dari kelompok terorisme.
Kepala Lapas Kelas II B Cilacap, Wisnu Hani Putranto mengungkapkan bahwa untuk memastikan kesungguhannya dalam Ikrar Setia NKRI, pihak lapas turut didampingi oleh BNPT dan Densus 88 AT/Polri untuk melakukan identifikasi dan pembinaan kepada narapidana terorisme di dalam lapas.
"Setiap kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh petugas Lapas Cilacap selalu didampingi oleh Densus dan juga BNPT sehingga kita juga bisa memantau perkembangan mereka Bagaimana apakah betul-betul NKRI atau sekedar diucapkan saja, ternyata alhamdulillah mereka betul-betul dari hati ikhlas NKRI," ucap Wisnu.
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas IIA Besi, Sulardi mengungkapkan pentingnya koordinasi antar instansi untuk melakukan silaturahim dan pembinaan kepada narapadina terorisme. Sulardi mengatakan dengan sentuhan hati dan silaturahim yang baik, ini dapat membuat warga binaan cinta NKRI.
"Batu saja yang keras ketimpa air yang lemah itu lama-lama bolong. Apalagi manusia? Dengan terus menjalin silaturahmi, komunikasi terus menerus, mereka akan kembali menjadi warga negara yang betul-betul NKRI," ucap Sulardi dalam acara Silaturahmi Ramadhan di Lapas Kelas Besi, Nusakambangan.
Salah satu narapida terorisme di Lapas Besi, Abah Anang mengaku senang dengan adanya silaturahim serta buka puasa bersama ini. Menurutnya, hal ini dapat menghapus permusuhan, kebencian yang ada di hati para narapidana terorisme, sehingga dapat memupuk kebersamaan dan persatuan bangsa.
"Wallahi, saya merasakan betul bagaimana bisa menghapuskan ini (kebencian), sulit memang. Diharapkan dengan seperti ini sedikit-sedikit bisa menghapus semua rasa kebencian permusuhan yang dulu," ucap Anang, narapidana terorisme yang dijatuhi hukuman mati. “Silaturahmi ini ada energi positif buat kita semua, sehingga hapus semua permusuhan, sehingga kita menjadi persaudaraan di antara kita," katanya menambahkan.