REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pasukan Amerika Serikat (AS) dan Filipina pada Selasa (11/4/2023), meluncurkan latihan tempur terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Latihan melibatkan roket itu digelar di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan yang disengketakan.
Latihan tahunan oleh AS dengan negara sekutu itu disebut Balikatan atau bahasa Tagalog berarti "bahu-membahu". Latihan akan berlangsung hingga 28 April dan melibatkan lebih dari 17.600 personel militer.
Latihan ini akan menjadi unjuk kekuatan terbaru AS di Asia demi memperkuat aliansi melawan Cina, termasuk kemungkinan konfrontasi dengan Taiwan. Hal ini selaras dengan upaya Filipina di bawah Presiden Ferdinand Marcos Jr. untuk mempertahankan kepentingan teritorialnya di Laut Cina Selatan.
Wilayah perairan Laut Cina Selatan, yang diklaim oleh Cina secara keseluruhan, telah memanas dengan meningkatnya latihan militer bersama dengan AS.
"Hubungan yang kita miliki, yang kita bangun dalam latihan ini, akan membuat kita lebih cepat dalam merespons konflik, krisis, bantuan kemanusiaan, dan bantuan bencana," kata Mayor Jenderal Marinir A.S. Eric Austin.
Sekitar 12.200 personel militer AS, 5.400 pasukan Filipina, dan 111 mitra Australia ikut serta dalam latihan ini, yang merupakan latihan terbesar sejak Balikatan dimulai tiga dekade lalu. Latihan ini akan menampilkan kapal perang AS, jet tempur serta rudal Patriot, peluncur roket HIMARS, dan Javelin antitank, demikian menurut pejabat militer AS dan Filipina.
Dalam latihan tembak-menembak yang akan dilakukan oleh sekutu untuk pertama kalinya, pasukan AS dan Filipina akan menenggelamkan kapal target di perairan teritorial Filipina di lepas pantai provinsi barat Zambales pada 26 April, dalam pengeboman artileri darat dan pesisir yang terkoordinasi serta serangan udara, demikian ungkap Kolonel Michael Logico, juru bicara Balikatan Filipina, kepada wartawan.
"Kami harus menembak target yang lebih dekat dengan apa yang kami harapkan dalam ancaman yang sebenarnya, yaitu gangguan yang datang dari musuh melalui laut," kata Logico kepada wartawan. "Kami menunjukkan bahwa kami siap bertempur"
Sengketa wilayah telah lama memanas melibatkan Cina, Filipina, dan empat pemerintah lainnya. Cina minggu lalu memperingatkan AS terkait pengerahan militernya yang semakin intensif ke wilayah tersebut.