REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Sekolah Perempuan Jember, Wiwin Riza Kurnia menilai, kegiatan literasi digital tidak hanya sebatas membuat konten yang berhubungan dengan hobi dan penggunaan internet, tetapi juga memahami etika bermain media sosial (medsos) atau berinternet. Dia menyebutkan, ada enam etika bermedia sosial atau berinternet yang perlu dipahami.
"Yaitu, bertanggung jawab untuk setiap konten yang diakses maupun diunggah di internet, menghargai orang lain, menghindari ujaran kebencian, menghindari pembajakan, menghindari plagiarisme, menjaga privasi, dan berpikir kritis," jelas Wiwin di acara 'Literasi Digital bagi mahasiswa Generasi Z di Lingkungan Perguruan Tinggi Provinsi Jawa Timur Tahun 2023' secara hibrid dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (14/4/2023).
Menurut Wiwin, prinsip etika bermedia digital yang perlu dipahami, yaitu kesadaran, integritas, tanggung jawab, dan kebajikan. Dia pun mengajak peserta yang hadir untuk terus produktif di medsos karena produktivitas akan menghasilkan keuntungan tersendiri.
"Keuntungan menjadi produktif di medsos adalah memperluas relasi, menambah ilmu, self branding, dan menambah sumber pemasukan. Tantangannya adalah bagaimana kita mengubah budaya konsumtif menjadi produktif," ucap Wiwin.
Chief Operation Officer (COO) Abersoft Technologies, Cong Fandi menjelaskan, pentingnya personal branding bagi seseorang yang ingin 'berjualan'. "Pentingnya personal branding adalah membantu diri kita lebih mencolok dibanding yang lain, mengarahkan kepada peluang, dan audience kita akan lebih percaya dengan apa yang kita
lakukan," jelasnya.
Cong Fandi menekankan, personal branding bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan kerja keras dan konsistensi, setiap orang dapat membangun personal branding yang kuat dan menguntungkan. "Jangan pernah menyerah dan teruslah belajar karena personal branding adalah investasi jangka panjang untuk masa depan kita," tuturnya.
Ketua Tim Startup Digital Kemenkominfo, Sonny Sudaryana mengatakan, Indonesia adalah negara yang sangat besar dengan 746 cara untuk menyapa di dalamnya dan keberagaman yang sangat terlihat. Sonny mengungkapkan, sekitar 77 persen penduduk Indonesia sudah terkoneksi ke internet, yang merupakan pasar sangat besar di bidang teknologi.
Sonny pun menyinggung adopsi teknologi di Indonesia sangat cepat, namun pemanfaatannya masih belum maksimal. Pemerintah terus berupaya dalam pembangunan infrastruktur seperti pengembangan jaringan fiber optic, BTS 4G, dan peluncuran satelit untuk menghubungkan Indonesia dengan dunia yang menjadi hal penting, terutama untuk digital economy dan pengembangan talenta digital.
"Perubahan hidup kita itu dimulai sejak kemunculan 4G. Hal itu membuat tumbuhnya demand inovasi teknologi baru dan lahirlah Gojek dan sebagainya. Setelah itu terjadilah demand yang tinggi akan talenta digital agar inovasi tersebut bisa berjalan," ujar Sonny.